1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Pengungsi Mengubah Jerman

Verica Spasovska
2 September 2016

Jerman terbelah. Betapapun banyaknya yang mendukung kebijakan Angela Merkel, kritik terhadapnya mulai meluas. Setahun setelah pembukaan perbatasan untuk pengungsi, Jerman mengalami perubahan. Oleh Verica Spasovska.

https://p.dw.com/p/1Jumd
Foto: picture-alliance/dpa/Ohde

Ada beberapa hal yang berubah di Jerman tahun ini. Terutama kembalinya retorika rasialis ke dalam debat publik menjadi catatan muram. Partai populis kanan Alternatif untuk Jerman (AFD) yang sempat menyusut sebelum krisis pengungsi, berhasil memanfaatkan kekhawatiran penduduk terhadap arus pengungsi.

Jajak pendapat terakhir memastikan AfD didukung oleh sekitar 15% pemilih lintas negara bagian. Padahal pada pemilu legislatif silam partai tersebut gagal memenuhi ambang batas sebesar 5% dan harus beroposisi dari luar parlemen. Tapi kini situasinya berubah. Xenofobia kembali laku di Jerman.

Tapi fenomena serupa bisa dilihat di negara lain di Eropa. Di Perancis dan Bulgaria misalnya kaum populis kanan menduduki lebih dari 20% kursi di parlemen. Di Ukraina dan Polandia mereka bahkan terwakili di lembaga eksekutif. Adapun di Inggris partai anti pengungsi, UKIP, sukses mengkampanyekan Brexit yang memicu keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Tapi dibandingkan negara-negara Eropa timur yang cenderung nasionalistik, Jerman masih menjadi rumah buat ideologi tengah dan stabilitas.

Spasovska Verica Kommentarbild App
Verica Spasovska Kepala Redaksi DW News Online

Pengaruh Merkel

Popularitas Merkel saat ini sedang anjlok di mata penduduk Jerman. Banyak pemilih yang tidak puas atas kinerja pemerintah menanggulangi krisis pengungsi. Namun di luar negeri sang kanselir tetap diperhitungkan.

Meski kebijakan imigrasinya banyak ditolak oleh negara-negara Uni Eropa lain, untuk isu krusial seperti masa depan Uni Eropa pasca Brexit, pengaruh Merkel tidak menyusut. Gestur humaniter yang ia tunjukkan terhadap pengungsi tidak cuma dipuji oleh Presiden AS Barack Obama: "Jerman berada di sisi sejarah yang benar." Kebijakan Merkel juga disambut banyak orang di Afrika dan Timur Tengah, karena Jerman menepati janjinya dan menampung mereka yang sedang dalam derita.

Persepsi masyarakat terhadap pengungsi pun berubah. Setelah gelombang bantuan yang merebak di awal krisis, kini penduduk perlahan kembali ke realita. Kasus pelecehan seksual masal di malam tahun baru, serangan teror di Ansbach dan Würzburg memicu rasa takut di antara masyarakat, meski para pelaku masuk ke Jerman jauh sebelum pembukaan perbatasan September 2015 silam.

Infografik Entwicklung Zuwanderung und Kriminalität 2015 Englisch
Data statistik mematahkan anggapan adanya korelasi antara arus pengungsi dan meningkatnya tindak kriminal di Jerman

Kini kita mengetahui, teroris menggunakan arus pengungsi untuk menyusup. Tapi jika saat itu perbatasan tidak dibuka, maka ratusan ribu orang harus bertahan hidup tanpa bantuan.

Peran Masyarakat

Meski begitu kesediaan membantu yang menguat sejak akhir tahun lalu masih tersisa. Hingga kini penduduk Jerman masih bahu-membahu mengajar bahasa dan menampung anak-anak pengungsi tanpa orang tua, atau membantu mencari pekerjaan. Tanpa bantuan ribuan warga, arus pengungsi tidak akan terorganisir sebaik saat ini.

Di Jerman tidak seorang pengungsi harus tidur di jalan. Kebanyakan kini berada dalam kondisi yang jauh lebih baik. Kesediaan penduduk menampung pengungsi bisa dicatat sebagai sebuah pencapaian moral.

Tapi tantangan sebenarnya masih ada di depan mata. Masyarakat Jerman misalnya harus menggenjot program integrasi agar bisa membuka kesempatan belajar buat anak-anak dan pekerjaan buat orang dewasa. Semua itu akan menyedot anggaran dan memicu kecemburuan sosial yang bisa mengganggu ketenangan.

Infografik Registrierte Asylsuchende 2015 - 2016 englisch
Jumlah pengungsi dan pencari suaka yang terdaftar antara 2015 dan 2016

Pengungsi sebagai Peluang

Krisis pengungsi membuka kesempatan untuk membumikan nilai-nilai sosial masyarakat Jerman. Adalah hal yang wajar jika pengungsi belajar bahasa Jerman, menghormati nilai demokrasi dan kebebasan, mengemban konstitusi di atas kitab agama dan mengakui persamaan hak antara perempuan dan laki-laki. Setiap pelanggaran harus ditindaklanjuti dan program deportasi terhadap warga asing yang berulangkali melakukan tindak kriminal harus dipercepat.

Krisis pengungsi memaksa penduduk Jerman menghadapi tantangan baru. Tapi ia juga menciptakan peluang. Jika Jerman berhasil membangun perasaan kuat pada pengungsi, bahwa mereka kini telah diterima sepenuhnya, maka hal tersebut akan berdampak positif pada masyarakat. Uang yang mereka kirim ke negeri asalnya saja jauh melebihi bantuan pembangunan yang bisa dibayarkan pemerintah Jerman.

Jika penduduk tidak melihat pengungsi sebagai masalah, melainkan menggunakan kacamata yang lebih realistis, maka mereka akan menyadari solidaritas terhadap mereka yang membutuhkan hanya akan memperkuat pondasi sosial masyarakat. Maka di masa depan kita akan melihat krisis ini dan menyambut baik bahwa Jerman telah berubah.