1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Penguasa Suriah Tunjukkan Wajah Sesungguhnya

26 April 2011

Situasi di Suriah semakin memburuk. Menurut aktivis HAM dalam beberapa hari terakhir jatuh semakin banyak korban tewas dalam sejumlah aksi protes. Komentar Rainer Sollich.

https://p.dw.com/p/1145L
A Syrian protester flashes a V-victory sign with his hand painted in Syrian national colours, during a protest to express solidarity with Syrian people and calling for President Bashar Assad to step down, in front of Syrian embassy in Amman, Jordan, Sunday, April 24, 2011.(AP Photo/ Nader Daoud)
Gambar simbol. Aksi Protes di SuriahFoto: dapd

Dalam usaha untuk menyelamatkan kekuasaan politiknya, rejim Suriah meninggalkan jejak berdarah di seluruh negeri. Tentara menggunakan panser untuk menghadapi rakyat yang menyatakan pendapatnya, demonstran ditembaki secara brutal. Baru-baru ini setelah adanya desakan besar dari aksi protes, sejumlah reformasi yang disetujui, seperti pencabutan status keadaan darurat, terbukti hanya kosmetik saja. Akibat tekanan besar, rejim itu menampakkan wajahnya yang sesungguhnya dan memberikan isyarat yang tidak mungkin disalahmengerti. Yaitu: untuk mempertahankan kekuasaan pembunuhan pun boleh dilakukan.

Di Belakang Layar

Dengan demikian tampaknya peruncingan situasi tidak dapat dihindari. Tetapi sangat tidak jelas, ke mana arah pertarungan kekuasaan di Suriah akan berlanjut. Tidak ada yang tahu, apa yang terjadi di belakang layar. Apakah Presiden Bashar al Assad memegang sepenuhnya kekuasaan? Atau kekuatan-kekuatan lain, seperti dinas rahasia, militer, partai yang berkuasa, atau keluarga presiden yang memberikan perintah? Yang pasti, mereka semua akan sangat dirugikan jika terjadi pergantian kekuasaan.

Oleh sebab itu, mereka melancarkan teror dan tidak ragu melaksanakan kekacauan yang direkayasa. Mereka menempatkan penembak jitu yang membunuh rakyat, kemudian menyatakan pelakunya adalah ekstrimis Islam atau agen-agen yang dibayar negara lain. Mereka juga melarang masuknya media otonom. Lewat media milik negara mereka dengan curang menyebarkan ketakutan akan adanya perang antar agama.

Langkah Brutal

Kini pembantaian berikutnya mengancam. Seperti di tahun 1982, ketika rejim menindak dengan kekerasan aksi protes masal yang diadakan Muslim Brotherhood atau Persaudaraan Muslim, rejim sekarang tampaknya tidak ragu melaksanakan kejahatan terbesar terhadap rakyatnya sendiri. Langkah aparat keamanan yang semakin brutal sekarang menambah kejelasan bagi mereka yang masih mendukung presiden, bahwa rejim yang berkuasa telah kehilangan legitimitas sepenuhnya. Pembelotan pertama sudah bisa dilihat.

Deutsche Welle Rainer Sollich. Programm Afrika/Nahost, Arabische Redaktion. Foto DW/Per Henriksen 12.11.2010 #1_0934.jpg
Rainer Sollich, Deutsche WelleFoto: DW

Itu menunjukkan, seruan menuntut kebebasan dan demokrasi tidak dapat dibungkam dengan kekerasan, juga di Suriah. Tetapi jalan menuju kebebasan dan demokrasi kemungkinan besar panjang dan berdarah. Jalannya bisa melalui perang saudara yang disulut pengikut rejim, atau dapat juga melalui kudeta oleh aparat kekuasaan intern.

Masyarakat internasional tidak boleh hanya menatap dengan bisu dan berdiam diri. Tetapi pada kenyataannya, langkah yang dapat mereka ambil terbatas. Mengingat operasi militer di Libya yang sejauh ini tidak berhasil, penguasa Suriah sekarang tidak perlu takut akan campur tangan internasional. Dan sanksi-sanksi dari masyarakat internasional sejak dulu pun tidak ada manfaatnya untuk menghadapi rejim di Suriah.

Rainer Sollich

Editor: Marjory Linardy