1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Arafat Frieden

11 November 2009

Setelah Holocaust, bisa dimengerti bahwa Jerman ingin menjadi mitra yang bertanggungjawab bagi Israel. Di Timur Tengah bukan hanya ada Israel, tapi juga Palestina. Bagaimana tanggung jawab Jerman terhadap Palestina?

https://p.dw.com/p/KU4M

Lima tahun lalu, presiden pertama wilayah otonomi Palestina, Yaser Arafat, wafat di sebuah rumah sakit di Perancis, jauh dari tanah airnya. Dua hari kemudian ia dimakamkan di Ramallah, dan bukan di Yerusalem seperti yang diinginkannya. Lima tahun setelah ia wafat, impian warga Palestina untuk mendirikan negara sendiri, tidak semakin mendekat, dibandingkan ketika ia masih hidup. Malah sebaliknya. Harapan untuk mendirikan negara sendiri semakin mengecil. Sementara pemukiman Yahudi setiap hari semakin besar.

Tepat lima tahun wafatnya Yaser Arafat, kembali 17 keluarga Palestina di bagian timur Yerusalem mendapatkan perintah pengosongan rumahnya. Mereka harus meninggalkan rumahnya, agar dapat dibangun sebuah taman di bawah bayangan tembok kota tua, untuk mengenang Raja Daud yang dulu berjalan-jalan di tempat ini. Juga Mahmud Abbas, pengganti Yaser Arafat yang dinilai bersikap lentur, tidak dapat mencegahnya. Ia juga tidak dapat mencegah 55 ribu warga Palestina di bagian timur Yerusalem terpaksa hidup di balik tembok beton setinggi sembilan meter. Mereka terkurung di kotanya sendiri, terputus hubungan dengan lingkungannya, sekolah dan tempat kerja.

Mahmud Abbas juga tidak berhasil mencegah, solusi membentuk dua negara tidak lagi merupakan pilihan, karena semakin banyak warga Palestina, diantaranya politisi terkemuka dari kelompok Fatah, sebaliknya menuntut kesamaan hak di sebuah negara dengan dua kewarganegaraan yang terbentang dari Laut Tengah sampai Yordania.

Lima tahun setelah Yaser Arafat wafat, solusi dua negara mengalami kegagalan. Tidak ada politisi Palestina yang nasibnya sangat terkait dengan solusi dua negara, selain Mahmud Abbas. Juru runding Palestina Saeb Erakat memperingatkan pernyataan pengunduran diri Mahmud Abbas. Pernyataan itu akan membawa Mahmud Abbas mengalami nasib yang sama seperti Yaser Arafat, yang menurut keyakinan warga Palestina diracun oleh Dinas Rahasia Israel.

Sementara Berlin tidak bisa memahami perubahan yang terjadi di Timur Tengah, baik mengenai sikap kepala batu pemerintah Israel, maupun mengenai sikap putus asa warga Palestina. Sebagai gantinya, Kanselir Jerman Angela Merkel kembali mengulangi pernyataan untuk mendukung solusi dengan membentuk dua negara. Dan Menteri Luar Negeri Guido Westerwelle, yang dalam waktu dekat akan mengunjungi Israel, menyampaikan janji yang sama. Janji berupa kata-kata kosong, karena di Berlin tidak lagi dijalankan politik mengenai Timur Tengah. Lima tahun setelah wafatnya Yaser Arafat, perdamaian di Timur Tengah semakin menjauh dari sebelumnya.

Bettina Marx

Editor:Asril Ridwan