1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ein historischer Tag in Kairo

4 Agustus 2011

30 tahun lamanya Mubarak memerintah Mesir. Februari lalu ia mundur setelah protes berminggu-minggu menentang pemerintahannya. Kini dilakukan proses pengadilan terhadap Mubarak.

https://p.dw.com/p/12B6W
Mubarak di balik jeruji di pengadilan, Rabu (03/08)Foto: Egyptian State TV/dapd

Rabu (03/08) di Kairo merupakan hari bersejarah. Untuk pertama kalinya seorang diktator yang terguling harus bertanggung jawab di depan proses pengadilan negaranya dan dengan demikian di hadapan rakyatnya.

Husni Mubarak, yang selama 30 tahun mengendalikankan nasib Mesir, diajukan ke pengadilan. Dengan ranjang pasien, mantan presiden itu dibawa ke ruang pengadilan. Bersama dengan kedua putranya, mantan Menteri Dalam Negeri Habib al-Adli dan terdakwa lainnya, Mubarak dikurung di belakang jeruji besi dan dari situ harus mengikuti pembukaan sidang pengadilan serta pembacaan tuduhan-tuduhan.

Gambar-gambar yang memperlihatkan pihak tertuduh berada di belakang jeruji besi bukan hal aneh di Mesir. Orang mengenalnya dari proses pengadilan terhadap para teroris, juga dari proses terhadap penentang rezim, terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin, dan terhadap kelompok oposisi demokratis. Bertahun-tahun mereka ditekan, diburu, dianiaya dan dibungkam oleh Mubarak dan aparat keamanannnya.

Kini wakil-wakil rezim itu yang berdiri di muka hakim dan di depan rakyat. Orang tidak dapat melewatkan untuk melihat semacam pembalasan di depan pengadilan tersebut. Namun proses itu bukan menyangkut pembalasan, tapi menyangkut keadilan, keadilan bagi korban revolusi yang tewas atau terluka akibat ulah Mubarak. Proses ini menyangkut keadilan bagi warga yang berpuluh-puluh tahun dilarang ambil bagian dalam proses politik dan dirampas kesejahteraan dan masa depannya oleh kepala negara yang serakah serta lingkungannya yang korup.

Pencemaran dan penistaan lewat proses pengadilan terbuka ini sekarang dirasakan Mubarak, putranya dan beberapa mantan rekan separtainya. Banyak tokoh lainnya yang dituduh bersalah dan menarik keuntungan dari rezim Mubarak masih harus diadili. Tapi yang tampaknya sudah jelas, banyak diantara mereka yang juga ikut bersalah tidak akan pernah diajukan ke pengadilan.

Militer misalnya yang berpuluh-puluh tahun mendukung Mubarak, dan mengambil keuntungan dari kekuasaannya yang otoriter. Militer kini berada di pucuk pemerintahan Mesir dan tidak seorang pun yang tahu apakah mereka bersedia benar-benar menyerahkan kembali kekuasaan itu dan meletakkan kekuasaan tersebut ke tangan pemerintahan yang terpilih secara demokratis.

Tapi juga teman-teman Mubarak di negara demokrasi Barat tidak akan diminta pertanggungjawabannya. Mereka akan mengajukan argumen, bahwa dukungannya bagi sang diktator berlandaskan tekanan politik praktis dan pertimbangan strategis.

Namun warga di negara-negara tersebut tidak boleh lupa bahwa pemerintahan mereka bahkan masih bersikap setia kepada Mubarak, ketika sejumlah besar warga Mesir sudah turun ke jalan menentang Mubarak. Baru setelah benar-benar jelas bahwa ia tidak dapat lagi bertahan, baru mereka beralih meninggalkan Mubarak.

Pada hari bersejarah ini, di Kairo sebaiknya para kepala negara dan pemerintahan di Barat berpikir, apakah hari proses pengadilan itu bukan juga hari yang mempermalukan mereka.

Bettina Marx Mitarbeiterin Deutsche Welle
Bettina MarxFoto: DW

Bettina Marx/D. Kostermans

Editor: Pasuhuk