1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Semakin Sulit Mencapai Kesepakatan dalam Konflik Atom Iran

30 Oktober 2009

Kamis (29/10), Iran memberikan jawaban atas usulan penyelesaian konflik atom yang disampaikan Badan Energi Atom Internasional IAEA. Apakah Iran menerima usulan ini, belum jelas, seperti halnya dengan isi usulan tersebut.

https://p.dw.com/p/KJNw
Presiden Iran Ahmadinejad dengan latar belakang bendera Iran dan lambang energi atomFoto: AP

Pertanyaan yang sesungguhnya adalah, menerima atau menolak. Setelah terlambat sepekan, akhirnya Iran memberikan jawabannya secara singkat tanpa dibumbui komentar. Iran menuntut perubahan yang penting dalam usulan yang disampaikan Badan Energi Atom Internasional IAEA. Reaksi pertama datang dari Israel yang menyebutnya sebagai penerimaan yang buruk, dan itu berarti menolak.

Menurut keterangan resmi, Iran memerlukan uranium bagi keperluan ‚ilmu pengetahuan’. Sementara usulan dari kelompok enam negara adalah, Iran mengolah lebih lanjut sekitar 70 persen uraniumnya di Rusia. Itulah inti usulan dari Badan Energi Atom Internasional IAEA yang telah disetujui Rusia, Perancis dan Amerika Serikat.

Seperti biasanya, Iran memiliki berita baik dan berita buruk. Berita baik adalah Iran menyatakan kesediaan berkompromi dalam masalah pertikaian atomnya ini. Sedangkan berita buruk, Iran menuntut diperbaikinya usulan kompromi IAEA mengenai bantuan tehnik dan ekonomi. Di hari belakangan dibicarakan untuk melakukan dua perubahan, yakni, Iran secara bertahap mengirimkan uranium yang telah diperkaya berkadar rendah ke luar negeri. Kemudian pada waktu bersamaan dilakukan pertukaran uranium yang diperkaya di Iran dengan elemen bakar untuk reaktor riset di Teheran.

Perundingan yang sia-sia, peningkatan sanksi dan terkadang muncul secercah harapan, penundaan dan setelah lama terhenti perundingan kembali dilanjutkan. Pada akhirnya selalu penolakan. Itulah gambaran selama ini mengenai perundingan dengan Iran. Tapi perundingannya terus dilanjutkan, karena ketakutan terhadap adanya kekuatan atom di sebuah kawasan yang tidak stabil.

Apakah benar-benar mengejutkan bila Iran menyampaikan penolakan? Apakah benar-benar diperhitungkan bahwa penguasa di Teheran yang menyulut pertikaian atom ini, akan menyuguhkan uranium yang diperkaya di atas nampan perak? Masalahnya tidak segampang itu. Faktanya memang amat sulit. Tapi bukannya tidak dapat dipahami. Yang paling penting untuk diketahui adalah, tujuan apa yang hendak dicapai oleh Iran dalam pertikaian masalah atom dengan negara-negara Barat.

Pemerintahan konservatif di Teheran harus mengetahui, taktik mengulur waktu tidak dapat selalu dilakukan dan tidak selalu dapat berfungsi. Iran tidak dapat mengharapkan untuk melakukan perundingan tanpa akhir dengan kelompok enam negara. Bila negara-negara Barat meningkatkan sanksi terhadap Iran, pemerintah di Teheran akan mencari dukungan dari Rusia dan Cina. Apakah ini akan mungkin terjadi?.Jawabannya tidak.

Memang perdagangan dengan Iran menguntungkan, tapi tidak bernilai besar. Cina memiliki mitra lain di kawasan tersebut, seperti Arab Saudi, Israel dan Pakistan. Sementara kerjasama dengan negara-negara Barat terutama Amerika Serikat, bagi Rusia dan Cina dinilai sebagai sesuatu yang strategis. Jauh lebih penting dan berorientasi masa depan ketimbang bekerjasama dengan sebuah pemerintahan yang masa depannya mencemaskan.

Cepat atau lambat Iran harus mengalah dalam masalah pertikaian atom ini. Diharapkan tidak terlalu terlambat. Setiap hari peluang untuk mencari solusi lewat jalur diplomatik semakin tipis.

Jamsheed Faroughi

Editor: Asril Ridwan

Jamsheed Faroughi
Jamsheed Faroughi