1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Trump Jelang 'Super Tuesday'

Grahame Lucas 26 Februari 2016

Kemenangan di Nevada merupakan sukses ke-tiga berturut-turut bagi Donald Trump, setelah meraih suara terbesar dalam pemilihan pendahuluan di New Hampshire dan South Carolina. Berikut tajuk Grahame Lucas.

https://p.dw.com/p/1I2nI
US Wahlkampf Trump gewinnt in Nevada
Foto: Reuters/J. Young

Tak hanya di Amerika Serikat, warga di belahan dunia lain juga selama berbulan-bulan dibuat takjub menyaksikan perlombaan babak nominasi kubu Republik menuju ke Gedung Putih.

Milyuner tanpa pengalaman politik, DonaldTrump, terus melaju dalam kompetisi nominasi pencalonan presiden AS dari kubu Republik. Padahal kampanye yang diusungnya diwarnai dengan berbagai penilaian miring, penghinaan pada lawannya, kelompok minoritas dan tak ketinggalan, kaum perempuan.

Setelah jadi pecundang dalam pemilihan awal di Iowa, Trump kini terus membukukan kemenangan di beberapa wilayah yang menjadi andalan kubu Republik. Para pendukung partai Republik tampaknya menyukainya meski pun jelas-jelas kualitasnya dianggap tidak lazim. Ia menganggap dirinya sebagai ‘pemimpin‘, anti-Washington, dan anti kemapanan, yang meyakini bahwa dia bisa membuat Amerika Serikat kembali menjadi negara yang super hebat.

Grahame Lucas

Tapi selain dari komentar-komentarnya yang ‘kurang ajar‘‚ seperti: tentang pengiriman kembali pasukan AS kembali ke Timur Tengah atau membangun tembok antara AS dan Meksiko untuk membatasi imigran ilegal - kebijakannya tetap diselimuti misteri. Hal yang mengejutkan adalah bahwa sampai saat ini kandidat Republik lainnya tidak mampu atau tidak mau mengekspos kegagalan dan kelemahan-kelemahannya.

Namun terjadi perubahan dalam debat Republik hari Kamis (26/02/16) menjelang apa yang disebut “Super Tuesday“ pada tanggal 1 Maret. Kandidat Republikan lainnya, Marco Rubio dan Ted Cruz, meluncurkan serangan terbesar pada Donald Trump. Serangan berfokus pada apa yang disebut universitas "Trump". Trump menghadapi beberapa gugatan hukum dari para mahasiswa yang kecewa. Rubio dan Cruz menuduhnya telah melakukan penipuan. Tentunya, itu amat menyengat. Lebih jauh lagi, Trump juga diserang dengan ganas atas kegagalannya dalam mempublikasikan pajaknya. Dengan demikian, keduanya berupaya menusuk kelemahan dari kampanye Trump. Selain berbagai bentuk kekurangajaran dan sikap angkuhnya, kampanye yang diusung Trump sebenarnya rentan, karena tidak memiliki substansi di bidang kebijakan utama.

Kini, pertanyaan yang muncul dari banyak orang yang menyaksikan perdebatan itu adalah: Mengapa para pesaing Trump dalam babak nominasi Partai Republik begitu lamban untuk memulai serangan pada rival mereka? Seperti banyak penulis editorial di media, Cruz dan Rubio mungkin mengharapkan Trump bakalan runtuh dan memudar tanpa bantuan dari mereka. Jika itu terjadi, mereka telah membuat kesalahan besar, yang telah memungkinkan Trump menjadi yang terdepan dalam pertarungan nominasi Partai Republik.

Setelah serangan dalam perdebatan Kamis ini, diharapkan akan lebih banyak serangan lagi yang akan terus dilontarkan. Sayangnya, mungkin terlalu terlambat untuk memberikan efek yang lebih menyengat dalam “Super Tuesday” mendatang. Jika saja Trump menang telak lagi 1 maret mendatang, maka akan terlalu terlambat untuk menghentikan langkahnya. Trump bakal jadi presiden AS? Kemungkinan itu tetap ada, dan bakal kacau balau jika saja hal itu benar terjadi.