1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Yang Menyelamatkan Bank Harus Pula Menyelamatkan Yang Lapar

15 Oktober 2009

Tahun 2009 jumlah penderita kelaparan di dunia mencapai satu milyar, artinya seperenam dari warga di dunia ini. Itu disebabkan karena tidak adanya kemauan politik untuk menanggulanginya.

https://p.dw.com/p/K6oF

Tidak ada niat di kalangan politik untuk benar-benar menghapus kelaparan di dunia. Demikian direktur jendral FAO Jacques Diouf mengecam fakta yang kejam ini. Dari laporan Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian FAO serta Program Pangan Dunia WFP dapat disimpulkan bahwa jumlah warga dunia yang kelaparan dan sangat kekurangan gizi, terus meningkat sejak sepuluh tahun.

Peningkatan itu semakin drastis dengan terjadinya krisis keuangan dan ekonomi. 10 tahun lalu, artinya tiga tahun setelah diambil keputusan di Roma, digembar-gemborkan untuk mengurangi separuh jumlah orang yang kelaparan, sampai tahun 2015. Kedengarannya hebat, tetapi cepat dilupakan.

Memang, perekonomian dunia berkembang dengan kurva turun-naik yang sangat cepat antara pertumbuhan dan penyusutan. Sebelum krisis saat ini, sudah terjadi kemerosotan besar dalam pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari serangan 11 September 2001.

Tetapi itu hanya menunjukkan bahwa apa yang dikatakan FAO memang benar. Yaitu, bahwa negara-negara kaya dalam waktu singkat dapat menyepakati langkah bersama untuk hal-hal seperti penanggulangan terorisme, krisis perbankan, bahkan perubahan iklim. Sedangkan untuk fakta, bahwa ratusan ribu orang meninggal dunia karena kelaparan, sudah dianggap hal yang biasa. Itu memang menyedihkan, tapi tak perlu segera ditangani, karena orang-orang yang kelaparan di Asia dan Afrika tidak punya lobi. Baik di Berlin mau pun Brussel. Mereka juga tidak punya hak pilih. Seandainya pun punya, jelas entah di mana.

Tidak ada niat politik untuk mengatasi kelaparan. Dari segi keuangan itu mungkin dilakukan. Kalau penduduk dunia dapat dikenyangkan, juga di tahun 2050, maka setiap tahunnya harus disalurkan 44 milyar dolar ke sektor pertanian negara-negara miskin. Demikian kesimpulan FAO tahun ini. Sebagai perbandingan, jumlah itu tidak sampai sepersepuluh dari paket penyelamatan bank yang direncanakan pemerintah Jerman.

Secara teknis, juga tidak mustahil untuk mengatasi kelaparan. Seperti dilaporkan FAO, hal itu terlihat dari kemajuan yang membesarkan hati, yang dicapai sektor pertanian Afrika kawasan selatan Sahara.

Tapi semua itu hanyalah merupakan aksi-aksi tersendiri dan tambal sulam sifatnya, bila tidak ada kemauan politik di pihak negara-negara besar dan kaya. Jadi sudah sewajarnyalah bila pemerintah Jerman yang saat ini sedang dibentuk, bulan November mendatang akan mengirimkan wakil-wakil terkemuka dalam KTT Dunia untuk menjamin pengadaan pangan.

Kanselir Jerman yang baru terpilih lagi, telah memperlihatkan kepiawaiannya di ajang internasional. Bersama-sama dengan penerima hadiah Nobel Perdamaian, Barack Obama hendaknya dia berupaya untuk berada di tempat paling atas dalam perjuangan mengatasi kelaparan.

Seperti adanya perubahan pola pemikiran dalam soal perubahan iklim diperlukan hal yang sama dalam upaya menanggulangi kelaparan. Sebab dunia barat tidak hanya 'meminjam' bumi ini dari anak-anak mereka, melainkan juga kesejahteraannya dari negara-negara miskin.

Gregor Hoppe / Dewi Gunawan-Ladener
Editor: Ziphora Robina