1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Rahasiakan Jadwal Eksekusi Mati

13 Mei 2016

Indonesia kapok mendapat reaksi keras dunia internasional jelang gelombang eksekusi mati jilid dua tahun lalu. Kali ini permerintah memilih terpidana asing dari negara miskin dan tidak menentang praktik hukuman mati

https://p.dw.com/p/1InD6
Symbolbild Todesstrafe
Foto: Fotolia/lafota

Kali ini Luhut Pandjaitan tidak ingin lagi melihat "sinetron" jelang eksekusi terpidana mati narkoba. "Itu kan tidak elok," ujarnya. Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan itu bermaksud merahasiakan kapan ke15 tahanan mati akan dieksekusi.

"Eksekusinya bisa berlangsung kapan pun dan dimana pun," ujar Luhut.

Bahwa pemerintah Indonesia sebisa mungkin ingin menghindari hujan kecaman dunia internasional, bisa dilihat dari daftar terpidana yang kali ini bakal menghadap regu tembak.

Berbeda dengan eksekusi sebelumnya, Jaksa Agung H.M Prasetyo bakal menempatkan lima terpidana asal Indonesia. Sementara sisanya adalah warga asing, empat asal Cina, seorang warga Pakistan, dua asal Nigeria, dua dari Senegal dan seorang penduduk Zimbabwe.

Tujuh dari sepuluh tahanan asing berasal dari negara yang melegalkan hukuman mati. Sementara eksekusi terpidana asal inggris, Lindsay Sandiford, misalnya ditunda hingga waktu yang belum dipastikan. Nasib serupa dialami terpidana lain asal Malaysia, Filipina, Brazil, India, Australia dan Afrika Selatan.

Terakhir hubungan Indonesia dengan sejumlah negara seperti Perancis, Belanda dan Brazil meregang lantaran eksekusi mati. Kecaman juga dilayangkan Australia yang kehilangan dua warga negaranya pada gelombang eksekusi jilid II tahun 2015 silam.

Infografik Länder mit Todesstrafe Englisch
Daftar negara yang masih memberlakukan hukuman mati

Presiden Joko Widodo juga harus menghadapi pertanyaan tidak nyaman seputar hukuman mati saat melawat ke Eropa bulan April lalu. Tapi seperti sebelumnya ia cuma menjawab bahwa Indonesia sedang dalam kondisi darurat narkoba dengan "50 hingga 60 orang meninggal dunia setiap hari."

Tapi sang presiden tidak menjelaskan kenapa setelah dua gelombang eksekusi dan puluhan nyawa terpidana, Indonesia masih belum mampu menanggulangi peredaran narkoba dan mengurangi angka kematian.

rzn/as (ap,time,kompas,tempo,detik)