1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

301210 Tallinn Kulturhauptstadt 2011

4 Januari 2011

Gelar Ibukota Budaya Eropa setiap tahunnya dan juga dua juta Euro dana bantuan dianugerahkan oleh Uni Eropa. Pada tahun 2010, kawasan Ruhr di Jerman menjadi ibukota budaya Eropa.

https://p.dw.com/p/ztS6
Salah satu peninggalan budaya di Tallinn, Kathedral Alexander-NevskijFoto: J. Sorges

Memang Tallinn, jika dibandingkan dengan kawasan Ruhr, lebih kecil. Tapi itu tidak menahan pemerintah Estonia untuk mempercantik kota itu.

Kapal-kapal pesiar dan feri membawa para wisatawan ke kota pelabuhan Tallinn sejak satu millennium lampau. Orang Estonia mengatakan, budaya dan para penguasa datang ke wilayahnya melintasi lautan. "Selama masa pendudukan Uni Soviet, kota dibelah di tengah-tengah dengan lautan, karena setengah kota dijadikan wilayah militer dan industri tertutup. Itu ingin kami ubah, dan menjadikan wilayah tersebut menjadi wilayah budaya," dikatakan Maris Hellrand dari Yayasan Tallinn 2011, panitia ibukota budaya Eropa di Estonia.

Kisah mengenai Lautan

Bersama dengan seniman dari Estonia dan seluruh Eropa, Hellrand akan bercerita kisah tentang lautan. Pusat kegiatan Tallinn sebagai ibukota budaya Eropa adalah jalanan sepanjang satu kilometer mulai dari pelabuhan feri hingga Museum Bahari yang sedang dibangun.

Museum Bahari, yang akan selesai pertengahan tahun 2011, aslinya adalah hanggar pesawat era Uni Soviet. Di bawah tiga kubah beton raksasa, kekayaan bawah laut Estonia akan dipamerkan, termasuk di antaranya kapal selam satu-satunya produksi Estonia. Peti-peti kemas tua akan disulap menjadi kedai kopi oleh para seniman grafiti. Selain itu, Tallinn akan dihiasi dengan kumandang paduan suara.

Berjuang dengan Lagu

Menurut Presiden Perhimpunan Paduan Suara Estonia, Aarne Saluveer, Estonia adalah negeri paduan suara, "Estonia mengemas kehidupan dan sejarahnya dalam lagu-lagu. Ini merupakan cara kami menyampaikan cerita. HIngga kini begitulah cara kami mengawetkan

Puncak acara Ibukota Budaya Eropa di Tallinn adalah festival penyanyi remaja awal Juli mendatang. 25 ribu anak muda tergabung dalam kelompok raksasa paduan suara. Mereka akan menyanyikan lagu protes Estonia terhadap kekuasaan Uni Soviet dasawarsa 80-an.

Kesadaran baru patriotisme tercipta dalam nyanyian ratusan ribu orang. Sebuah revolusi damai, seperti yang dikatakan Presiden Perhimpunan Paduan Suara Estonia Aarne Saluveer, "Kami tidak berperang di jalanan dan menumpahkan darah. Kami mengungkapkan perjuangan menuju kebebasan dengan bernyanyi. Oleh sebab itu nyanyian sangan penting. Tidak pakai darah!"

Proyek Instalasi

Kisah dari lautan akan diceritakan dengan sekitar 250 proyek seni dan budaya. Museum Seni Rupa Estonia misalnya ikut serta dengan memamerkan karya instalasi video para seniman Eropa, dengan membangun gerbang kota maya di seluruh Tallinn. Anu Liivak, direktur Museum Seni Rupa Estonia menjelaskan, "Kami akan menampilkan karya para seniman kontemporer, yang dinikmati dengan cara yang tidak tradisional. Mereka menampilkan gerbang kota dalam bentuk seni realitas maya dan dengan itu berkomunikasi dengan penikmat seni. Karya itu akan sangat menarik, terutama bagi kaum muda."

Dalam karya seni instalasi ini, lautan memegang peranan. Adalah Eija-Liisa Athila, yang rumahnya di tepi laut dijadikan tiga layar raksasa proyeksi karya instalasi video tersebut.

Peninggalan Uni Soviet

Sebuah kisah yang belum pernah terungkap akan dipaparkan oleh Peep Ehasaloo. Hotel Viru, tempat ia bekerja, membuka museum mengenai masa lalu hotel itu sebagai tempat bertugas mata-mata dinas rahasia Uni Soviet, KGB. Dinas rahasia KGB menyadap setiap tamu hotel, dan mengawasi setiap orang setiap saat di Tallinn. Alat-alat penyadap suara masih ada hingga sekarang dan dipamerkan di museum itu.

Dari lantai paling atas Hotel Viru, kelihatan pemandangan indah ke arah kota Tallinn dan arah Teluk Finlandia. Hotel yang dibangun di era Soviet tersebut dulunya satu-satunya gedung tinggi di Tallinn. Kini, gedung tinggi bank dan pusat pertokoan berada di sekeliling Hotel Viru.

Estonia saat ini sedang menderita krisis keuangan. Bagi pemimpin panitia Ibukota Budaya Eropa di Estonia, Maris Hellrand, itu artinya mengencangkan ikat pinggang. Dana 40 juta Euro yang tadinya dicanangkan untuk anggaran Tallinn sebagai Ibukota Budaya Eropa, harus dipotong menjadi 16 juta Euro. Jumlah proyek seni dan budayanya pun dikurangi. Dengan mengerahkan 800 relawan, panitia sedianya menghemat biaya yang diperlukan.

Bernd Riegert/Luky Setyarini

Editor: Edith Koesoemawiria