1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tanggapan Pers Internasional Tentang Pilkada Jakarta

Hendra Pasuhuk
20 April 2017

Sejak masa kampanye, Pilkada DKI sudah menjadi sorotan pers luar negeri. Apa tanggapannya sekarang tentang kekalahan Ahok?

https://p.dw.com/p/2bay8
Indenosien Wahlen Anies Baswedan
Foto: picture alliance/Zumapress/D. Pohan

Harian Austria "Der Standard":

"Banyak yang berhadap, setidaknya ada persaingan ketat. Namun ketika hari Rabu angka-angka prediksi awal bermunculan, jelaslah bahwa Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, dipanggil Ahok, akan kalah jauh dalam pemilihan ini. Hasil pilkada ini punya makna lebih besar lagi, karena menjadi indikasi perkembangan Indonesia. Masyarakat di negara dengan populasi muslim terbesar dunia ini hingga kini dianggap sebagai toleran. Azas negara Pancasila menjamin kebebasan dan perlakuan yang sama pada agama-agama yang diakui negara. Namun hasil pilkada justru mempertanyakan tradisi lama ini. Karena sebagai manajer yang kompeten, Ahok sejak awal selalu menjadi favorit."

Al Jazeera:

"Kasus Ahok akan menjadi ujian demokrasi yang menarik dan kritis. Kesuksesan Ahok kemungkinan akan dibaca sebagai pembenaran oleh kalangan yang telah berusaha membela pemerintahan konstitusional menghadapi berbagai demonstrasi populis berlatarbelakang agama. Tapi kegagalan Ahok tidak mudah untuk ditafsirkan. Hal ini bisa dilihat sebagai keberhasilan kelompok radikal, sebagai kritik sah terhadap sang kandidat, atau sebagai sanksi sosial atas nama nilai-nilai moral. Namun satu tampak jelas, bahwa intensitas dan skala gerakan koalisi anti-Ahok dapat diokatakan telah mencapai tingkatan baru pemanfaatan Islam sebagai instrumen dalam politik Indonesia.

New York Times:

"Anies, mantan rektor sebuah universitas, adalah penasihat Jokowi selama kampanye kepresidenan 2014, dan kemudian menjadi seorang menteri dalam kabinetnya. Anies tidak secara langsung mengarahkan serangan dengan isu agama dan etnis terhadap Basuki, namun dia bertemu dengan pemimpin-pemimpin Islam garis keras selama kampanye. Isu penting bagi Jakarta sebenarnya meliputi pendidikan publik, perawatan kesehatan, transportasi, pembangunan infrastruktur dan banjir kronis. Tapi selama kampanye yang muncul adalah isu-isu agama dan ras, dalam intensitas yang selama ini hampir tidak terlihat di era demokrasi Indonesia, diiringi dengan slogan-slogan anti-Cina dan anti-Kristen yang banyak tersebar di media sosial. Beberapa masjid lokal memasang spanduk yang menyatakan larangan bagi umat Islam untuk memilih seorang calon non-Muslim."

The Straits Times (Singapore):

"Pilkada hari Rabu diadakan di tengah ketegangan sektarian yang meningkat, dengan pengerahan lebih 60.000 personil keamanan - dua kali lipat dari bulan Februari lalu - yang ditempatkan di semua pusat pemungutan suara di seluruh ibu kota, karena ada kekhawatiran kelompok garis keras akan mengintimidasi pemilih atau menyebabkan kerusuhan sipil. Ini merupakan salah satu pemilu yang paling terpolarisasi di Indonesia, diiringi dengan demonstrasi jalanan dan upaya kudeta terhadap pemerintah pusat, serta proses pengadilan terhadap Basuki atas tuduhan penistaan agama Islam. Saingannya memanfaatkan skandal penistaan itu dan memainkan kartu agama untuk meraih suara.

The Sydney Morning Herald:

Anies Baswedan siap menjadi gubernur berikutnya di Jakarta mulai bulan Oktober setelah memrnangkan pemilu yang paling tajam dan terpolarisasi dalam sejarah demokrasi Indonesia yang baru. Pilkada ini telah sering digambarkan sebagai ujian terhadap pluralisme yang sangat dijunjung oleh Indonesia, sekaligus sebuah gambaran tentang peran politik sektarian yang bisa dimainkan dalam pemilihan presiden tahun 2019. Kemenangan Anies juga menjadi dorongan bagi mantan orang kuat tentara, Prabowo Subianto, yang mengerahkan partainya Gerindra mendukung Anies dan Sandiaga Uno. Prabowo, yang dikalahkan Joko Widodo pada Pemilu 2014, telah memberi isyarat bahwa ia bermaksud untuk kembali mencalonkan diri menjadi presiden pada 2019. Pada malam menjelang pemilihan, Anies membandingkan pilkada dengan Pertempuran Badar pada tahun 624 M, yang dianggap sebagai titik balik perjuangan Nabi Muhammad untuk menegakkan Islam dan mengalahkan lawan-lawan kafirnya.

 

hp/rn (dari berbagai sumber)