1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

280711 Washington Konfrontation

28 Juli 2011

Akibat polarisasi ekstrem politik dalam negeri Amerika Serikat, yang diprovokasi oleh gerakan yang disebut "Tea Party", kini tampil bayangan ancaman kepailitan AS.

https://p.dw.com/p/125ol
Obama (tengah), John Boehner,Mitch McConnell dalam pertemuan mengenai kenaikan plafon utang AS, Juli 2011.
Obama (tengah), John Boehner,Mitch McConnell dalam pertemuan mengenai kenaikan plafon utang AS, Juli 2011.Foto: dapd

Saat ini perhatian publik tertuju pada sayap garis keras Partai Republik. Sebagian besar pengamat setuju, bahwa perjanjian dengan partai itu terutama gagal karena kaum ultra konservatif.

Anggota gerakan Tea Party yang ingin mencalonkan diri menjadi kandidat presiden, Michelle Bachmann mengatakan, "Dalam pemungutan suara mengenai kenaikan plafon utang, saya akan menolak. Di Washington, akal sehat harus kembali digunakan."

Konsekuensi yang mungkin timbul, jika Amerika Serikat benar-benar tidak bisa mendanai pengeluarannya, dipandang santai oleh mereka. Dunia tidak akan kiamat pada tengah malam 3 Agustus, begitu anggapan mereka. Gerakan Tea Party tetap bersikukuh, tapi banyak dari mereka sebenarnya khawatir. Karena sebagian besar dari mereka memenangkan pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat November tahun lalu, karena menerapkan kebijakan tanpa kompromi dalam hal restrukturisasi anggaran dan pajak. Sekarang, jika mereka bergerak mendekat ke kubu Demokrat, mereka bisa dianggap jatuh dan kalah dalam pemilihan umum berikutnya. Ini merupakan masa-masa sulit bagi politisi terpenting Partai Republik di DPR, John Boehner. Ia siap mengadakan perjanjian dengan Presiden Obama, namun dikekang oleh orang-orangnya sendiri. Sekarang ia harus mengerahkan kemampuan untuk melakukan tekanan ke dua arah.

Mengenai Obama, Boehner mengatakan, "Presiden enam bulan lalu menginginkan cek kosong, sekarang ia juga mau cek kosong."

Boehner juga harus melancarkan tekanan terhadap orang-orang dalam gerakan Tea Party yang radikal, agar bisa ada kemajuan dalam hal sengketa utang. Baru-baru ini ia melancarkan kecaman. "Kembalilah ke asas partai," tukasnya kepada mereka. Secara pribadi bagi Boehner taruhannya banyak. Jika ia tidak bisa menerapkan rencananya, ia mempertaruhkan jabatannya sebagai Ketua DPR, karena saingannya sudah mulai menggerogoti posisinya.

Mereka yang disebut "pemberontak" dalam Gerakan Tea Party memandang rancangan penghematan yang disusun Boehner, yaitu hampir satu triliun Dollar dalam lebih dari sepuluh tahun, tidak memadai. Mereka hanya mau menerima penaikan batas maksimal utang dalam dua tahap, yang sudah direncanakan. Jika begitu perdebatannya sudah harus dimulai lagi dari awal pada permulaan tahun 2012. Oleh sebab itu Presiden Obama sudah menyatakan akan menjatuhkan veto. Selain itu, bagi ketua fraksi mayoritas di Senat, Harry Reid, rancangan itu sudah tidak berarti lagi, meski baru disampaikan.

Reid berusaha tanpa letih, mencegah terjadinya skenario terparah, yaitu kebangkrutan Amerika Serikat. Untuk itu Harry Reid bersikap realistis dan siap berkompromi. Ia sudah lama melupakan tuntutan sebenarnya Partai Demokrat, yang juga berisi kenaikan pajak. Namun dengan keras ia mengatakan bahwa rancangan Partai Republik tidak berpeluang sama sekali.

"Rancangan itu bukan solusinya dan tidak akan mendapat suara mayoritas," kata Reid.

Di satu sisi, Reid menunjukkan kesan agak frustrasi karena terkadang khawatir Presiden Obama terlalu mendekatkan diri ke Partai Republik. Senin malam lalu (25/07), dalam pidato televisi Obama mengatakan bahwa warga sudah muak dengan politisi yang mengharamkan kompromi.

Sejak itu Obama tidak tampil di muka publik. Ia tampak sudah jauh dari realita, karena selalu berbicara mengenai kenaikan pajak sebagai solusi besar krisis, meski jelas itu tidak akan terjadi. Selain itu pertanyaan semakin keras dilontarkan, mengapa presiden tidak pernah mengumumkan secara hitam di atas putih rancangannya sendiri, yang bisa disetujui dalam Kongres. Yang pasti, Obama harus dan akan melanjutkan perundingan dalam beberapa hari mendatang. Selain itu pemerintahannya mempersiapkan solusi bagi konsekuensi terparah. Namun belum mengumumkan apa rencana mereka.

Sabine Müller/Luky Setyarini

Editor: Marjory Linardy