1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Taur Matan Ruak Unggul

17 April 2012

Berdasarkan lebih dari setengah suara yang telah dihitung, mantan pejuang Fretelin Taur Matan Ruak untuk sementara unggul dengan perolehan lebih dari 60 persen suara.

https://p.dw.com/p/14f29
Foto: Reuters

Mantan gerilyawan dan mentari pertahanan Taur Matan Ruak tampaknya akan berhasil menjadi pemenang dalam Pemilu Presiden Timor Leste putaran ke-dua, demikian menurut hasil awal yang dikeluarkan hari Selasa (17/04).

Dari 60 persen suara yang telah dihitung, Ruak mendapatkan 61,23 persen suara, dan sisanya, 38,77, dikantongi pesaingya Francisco Gutteres. Dengan perbedaan perolehan suara yang besar dari sebagain besar suara yang telah diihitung, hampir tidak mungkin bahwa hasil akhir akan berubah.

Osttimor Wahlen Auszählung Urne Stimmzettel Demokratische Republik Timor-Leste
Dari 60 persen suara yang telah dihitung, Matan Ruak memperoleh 61, 23 persenFoto: Reuters

Hasil akhir pemilu sebelumnya akan diperiksa oleh pengadilan banding sebelah secara resmi diumumkan. Presiden Timor Leste yang masih menjabat, Jose Ramos-Horta, tersingkir dalam pemilu putaran pertama setelah hanya mampu menempatkan diri di posisi ke tiga.

“Saya akan melakukan segalanya untuk menolong rakyat, menjadikan Timor Leste sebagai negara yang kuat, damai dan makmur,” dikatakan Matan Ruak, yang nama sebenarnya adalah José Maria de Vasconcelos.

Ramos-Horta, Ruak dan Gutteres, ketiganya merupakan pejuang kemerdekaan Timor Leste, seperti halnya Xanana Gusmao, presiden pertama negara ini yang sekarang menjabat perdana menteri. Presiden Timor Leste memiliki tugas seremonial.

Timor Leste, yang berpenduduk sekitar 1,1 juta orang, baru mengecap kemerdekaan sejak tahun 1999. Setelah menjadi koloni Portugis selama 400 tahun, pada tahun 1975 Indonesia mengiriim militernya ke sana dan menyatakan wilayah ini sebagai bagian dari Indonesia. Lebih dari 180.000 orang tewas dalam pertempuran selama puluhan tahun melawan militer Indonesia. Akhir tahun 2012, direncanakan penarikan pasukan PBB yang ditempatkan sejak kemerdekaan Timor Leste.

Yuniman Farid (afp/dpa)