1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teater bagi Manula di Jerman

28 Juni 2011

Kalangan masyarakat di atas 60 tahun semakin aktif dan terus mencari kegiatan kreatif. Kebutuhan ini semakin tercurah ke proyek-proyek teater dan hampir setiap teater kota menawarkan workshop bagi kalangan ini

https://p.dw.com/p/11kji
Grup teater manula Hasen und Hüpfer di Off-Theater NeussFoto: Off-Theater Neuss

Saat cuaca di luar membuat keringat mengucur, temperatur di dalam gedung Off Theater di kota Neuss, Jerman, terasa sejuk. Ruang teater kosong. Sebuah bangku panjang menjadi satu-satunya properti di panggung. Para kelinci tua teater ini akan melakukan gladiresik menjelang pementasan perdana.

Cerita Pengalaman Hidup

Empat perempuan dan seorang lelaki setengah baya tampil dalam seragam berwarna biru tosca dan hitam. Cerita yang mereka sampaikan di panggung itu merupakan cuplikan kecil dari kisah hidup mereka, yang kemudian dikembangkan sendiri. Usai sesi pemanasan merekapun langsung mulai.

Sejumlah krisis kecil terjadi, ada teks yang terlupakan, "timing" waktu yang salah. Namun semua itu tampaknya tak mengganggu seorangpun dari mereka. Suasana tetap santai-santai saja.

Daggi, salah seorang pemeran perempuan berusia 60 tahun, sejak kecil menggemari teater, begitu ceritanya, "Sekarang saya sudah mengikuti kursus ini untuk ke-empat kalinya. Dan kalau nanti ditawarkan untuk yang ke-lima kalinya, saya akan ikut juga. Karena latihan ini menyenangkan sekali, saya betul-betul menikmati seluruh perasaan bahwa kami berkembang bersama-sama. Saya sudah pensiun dan bagi saya, latihan ini merupakan juga melatih ingatan. Kami harus menghafal kapan waktu tampil yang tepat, dan serangkaian hal lain yang tak biasa dilakukan dalam keseharian hidup."

Berbagi Cerita

Latihan berlangsung dengan arahan Jessica Höhn, seorang ahli pedagogi teater. Ia memastikan para aktor berkonsentrasi penuh, meskipun latihannya berlangsung ceria dan bagi peserta banyak peluang untuk saling bercerita. Mimiknya yang cerah dan cara ia bercerita, menunjukan betapa ia menyukai pekerjaannya.

“Keinginan untuk latihan teater bersama kaum senior, muncul ketika masih kuliah. Saya menulis tesis mengenai tema menjadi tua dalam dunia teater. Lalu saya menemukan hal yang amat menarik. Para senior memiliki banyak pengalaman hidup yang ingin mereka ceritakan kembali. Selain itu mereka kini punya cukup waktu untuk bereksperimen, untuk mencoba banyak hal baru. Dan mereka memiliki kesegaran dan rasa ingin tahu, yang seringnya hanya ada pada anak-anak,” papar Jessica Höhn.

Bukan Tugas yang Mudah

Untuk berdiri di panggung, masuk ke dalam peran dan memainkannya di hadapan pandangan kritis para penonton merupakan hal yang tidak mudah bagi seorang aktor amatir. Meskipun mereka tidak dibayar, dan sebagian besar dari penontonnya bisa jadi rekan-rekan serumah jompo, atau anggota klub senior dan kelompok ibadah yang sama.

"Seringkali ada sesuatu di otak seseorang yang menghambat mereka untuk melakukan sesuatu, seperti misalnya rasa jengah, rasa terlalu tua. Nah saya harus bisa membuat para pemain ini merasa cukup santai dan percaya diri untuk memainkan perannya, " inilah yang dicoba oleh Jessica.

Kegembiraan memainkan peran, kreatifitas dan saling tukar pengalaman dengan rekan-rekannya. Itulah yang membuat para kelinci tua ini semakin rajin datang. Volkwin yang berusia 60 tahun dan satu-satunya lelaki dalam grup teater itu, ikut dalam teater ini atas dorongan pasangan hidupnya. Menginjak masa pensiunnya, Volkwin mulai mencari hal-hal baru yang ingin ia lakukan. Secara terbuka ia mengakui bahwa teater telah mengubah hidupnya.

"Saya menjadi lebih percaya diri setelah bermain teater, bagi saya turut aktif di sini merupakan pengalaman yang betul-betul mengasyikkan. Saya bakal menyarankan setiap orang untuk mencoba akting dan turut berpartisipasi."

Gudrun Stegen / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk