1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teknik Terbaru Simpan Energi di Bawah Tanah

30 Maret 2016

Kapasitas tinggi pembangkitan energi alternatif perlu penyimpanan untuk masa paceklik. Jerman kembangkan teknik terbaru penyimpanan di lorong bawah tanah.

https://p.dw.com/p/1ILev

Lorong pertambangan batu bara di kedalaman ratusan meter di bawah tanah. Ahli geologi Ulrich Schreiber berada disana untuk menjajaki apakah pertambangan yang sudah tidak aktif bisa dimanfaatkan kembali untuk hal lain.

Energi terbarukan akan disimpan di bekas pertambangan batu bara di Jerman yang dinonaktifkan. Tim ilmuwan hendak meninjau apakah pembangkit listrik cerdas bisa dibangun di dalam tambang.

Ulrich Schreiber, ahli Geologi dari Universitas Duisburg-Essen mengatakan: "Kelebihannya, di sini di bekas pertambangan ada lorong berukuran besar. Artinya, truk bisa masuk ke bawah sini dan mengangkut turbin dan transformator. Muatan berat bisa dibawa kesini. Ini keuntungannya.“

Akhir-akhir ini, para ilmuwan sering mengunjungi lorong bawah tanah tersebut. Jalur yang sama akan ditempuh oleh air dengan kecepatan lebih tinggi.

Air akan dialirkan ke kedalaman, jika matahari tidak bersinar atau angin tidak berhembus, dan energi tetap dibutuhkan. Energi air bisa dimanfaatkan dengan bantuan turbin dan trafo. Jika matahari dan angin menghasilkan energi lebih banyak dari yang dibutuhkan, energi berlebih tersebut akan digunakan memompa air kembali ke atas ke dalam waduk.

Tapi apakah benar semudah itu? Para ilmuwan meneliti jalur terowongan pertambangannya. Termasuk di kedalaman 1200 meter yang rencananya akan menjadi tempat penyimpanan air. Informasi untuk dimensi sebuah PLTA pompa dikumpulkan. Seperti: apakah tambang cukup stabil untuk air, bagaimana turbulensinya jika air masuk ke dalamnya, kemana larinya udara yang ada dalam sistem lorong jika dimasuki air...

"Jika air ingin disimpan di bawah sini, saya membutuhkan sistem terowongan yang diperluas. Ini harus dilakukan. Atau dari sistem yang ada, saya harus memperpanjang jalurnya...", ujar ahli geologi Ulrich Schreiber

Untuk itu, apa yang ada di dalam pertambangan harus dikeluarkan. Pipa baja beton yang kemiringannya ke arah pompa harus dipasang. Air hanya boleh mendapat resistansi sesedikit mungkin dan jika dibutuhkan harus bisa dipompa ke atas kembali.

Para peneliti juga ingin mengetahui, apakah ada ruangan kosong yang muat untuk turbin dan transformator. Juga apakah tambang dan jalurnya cukup stabil juga untuk jangka panjang. Kesimpulannya: rencana ini bisa diterapkan. Yang diperlukan adalah investor.

Animasi PLTA pompa sebagai baterai raksasa bawah tanah. Ide ini bisa ditiru di seluruh dunia, khususnya dimana masih ada pertambangan batu bara.

Ahli Geologi dari Universitas Duisburg-Essenitu memandang optimis teknik masa depan rancangannya: “Lihat saja, ada areal sangat luas disini. Ruang penampungan akan berada di bawahnya dan di permukaan tentu akan diperlukan waduk untuk bisa menjalankan semuanya. Waduk mencakup kawasan luas yang memiliki ketinggian air berbeda. Bisa juga bagian pinggirannya dihijaukan dan terpisah yang memiliki permukaan air yang stabil.

Batu bara menghilang, tenaga angin akan datang. Dan mungkin juga waduk hijau hasil pemikiran Schreiber bisa merangkul investor yang dibutuhkan.