1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tersangka Pembunuhan Massal Filipina Mengaku "Tidak Bersalah"

5 Januari 2010

Tersangka utama pembunuhan massal 57 orang di Filipina Selatan menyatakan tidak bersalah atas sejumlah tudahan pembunuhan. Sistem pengadilan dan politik Filipina yang korup semakin disorot.

https://p.dw.com/p/LLNg
Andal Ampatuan Junior, tersangka utama pembunuhan massal di Filipina Selatan November 2009Foto: AP

Andal Ampatuan Junior adalah mantan walikota dan anggota klan yang berpengaruh. Ketika menghadiri sidang pengadilan khusus di markas nasional kepolisian Filipina hari ini (Selasa 5/1), ia dikawal lebih dari 30 polisi bersenjata lengkap. Ini merupakan awal dari proses pengadilan yang oleh banyak pihak dikhawatirkan akan membutuhkan waktu beberapa tahun.

„Tidak bersalah“, demikian tutur pengacara Ampatuan Junior, yakni Sigfrid Fortun kepada pengadilan ketika membacakan pledoi. Setelah jaksa penuntut meminta agar belasan saksi dapat dihadirkan untuk membatalkan permintaan Ampatuan membayar uang jaminan, hakim menangguhkan pengadilan hingga 13 Januari mendatang.

Keamanan di pengadilan diperketat dan wartawan dilarang membawa kamera dan alat elektronik lainnya. Karena dalam sidang sebelumnya Ampatuan dipukul massa wartawan yang marah karena 30 wartawan tewas dalam pembunuhan massal itu.

Ampatuan diduga memerintahkan kepada 100 pengikutnya untuk membunuh sejumlah lawan politiknya dan wartawan di propinsi Maguindanao 23 November 2009. Ini merupakan pembunuhan terhadap politisi terburuk di Filipina. Di antara para korban terdapat ibu hamil dan sekitar 30 wartawan.

Ampatuan menyatakan tidak bersalah atas 41 tuduhan pembunuhan. Namun ada kemungkinan ia dapat dihukum atas 57 tuduhan jika proses penyidikan terhadap korban pembunuhan telah tuntas.

Ayahnya Andal Ampatuan Senior dan beberapa anggota klan lainnya telah ditahan karena dikenai dakwaan pemberontakan. Hingga kini belum ditetapkan kapan mereka akan dihadapkan ke pengadilan.

Pakar reformasi politik dan ekonomi Ramon Casiple mengatakan kepada kantor berita AFP, bahwa masyarakat Filipina harus memantau proses pengadilan dengan seksama. Ia menambahkan, Filipina berhadapan dengan sebuah klan yang sangat berpengaruh dan sanggup menindas bahkan membunuh saksi. Pengadilan ini merupakan ujian serius terhadap sistem peradilan Filipina. Karena kasus-kasus politik berat lainnya di masa lalu tidak dituntaskan dengan memuaskan.

Ampatuan Senior menguasai propinsi Maguindanao selama hampir sepuluh tahun. Ia mengupayakan agar anaknya mengambilalih jabatannya sebagai gubernur dalam pemilihan.

Pengaruh dan kekuasaan Ampatuan Senior bertambah terutama karena kedekatannya dengan Presiden Gloria Arroyo. Arroyo memberikan izin pada Ampatuan Senior untuk membentuk sebuah pasukan milisi yang terdiri dari sekitar 300 orang memberantas gerakan seperatis di selatan Filipina.

AN/HP/afpe