1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

141209 Thailand Waffenschmuggel

15 Desember 2009

Pakar persenjataan Thailand terus menyelidiki pesawat kargo bermuatan senjata seberat 35 ton yang mendarat beberapa hari lalu di Bangkok. Pesawat dari Korea Utara itu membawa persenjataan berat seperti rudal peluncur.

https://p.dw.com/p/L2wD
Petuugas keamanan Thailang berjaga di sekitar pesawat yang diduga berusaha menyeludupkan senjataFoto: AP

Sementara Pengadilan Thailand pada hari Senin (14/12) menyetujui permintaan pihak berwenang Thailand untuk memperpanjang penahanan awak pesawat itu selama 12 hari lagi untuk disidik. Mereka telah dikenai tuduhan memiliki senjata gelap.

Di pangkalan angkatan udara di utara Thailand, tim yang beranggotakan lebih dari 100 polisi dan pakar persenjataan sibuk menyortir lebih dari 145 peti kayu, yang dilabeli perlengkapan pengeboran minyak. Penyidikan ini dilakukan setelah empat hari lalu Thailand menahan pesawat yang memuat peti-peti berisi senjata tersebut di Bangkok.

Misteri pesawat bermuatan senjata itu mulai tercium sejak hari Jumat (11/12). Pesawat itu diyakini memulai perjalanannya ke Asia Tengah, dengan beberapa kali transit, termasuk transit di Bangkok, pada hari Jumat (11/12)). Namun ketika kembali Sabtu paginya ((12/12) ke Bandara Bangkok untuk mengisi bahan bakar, pesawat itu diselidiki. Dan ternyata didapati membawa persenjataan berat dan amunisi. Termasuk diantaranya roket dan granat.

Sementara hari Senin ((14712),, pengadilan telah menyetujui permintaan pihak berwenang Thailand untuk memperpanjang penahanan para awak pesawat itu, selama 12 hari lagi tanpa jaminan. Para awak pesawat tersebut terdiri dari empat warga Kazakstan dan seorang warga Belarusia. Mereka telah dikenai tuduhan memiliki senjata gelap. Bila terbukti bersalah mereka terancam hukuman 10 tahun penjara.

Dalam persidangan para awak kapal mengaku tidak mengetahui betul apa isi muatan pesawat mereka. Mereka hanya tahu isinya seperti yang tercantum pada label di luar peti kargo, yaitu peralatan pengeboran minyak. Sekretaris Jendral Departemen Keamanan Thailand Thavil Pleansri berujar penyelidikan masih akan berlangsung.

Pakar persenjataan John MacKay dari ThinkTank Analysis International mengatakan di radio Australia, rezim Korea Utara berusaha dengan segala cara mencari akal menembus embargo senjata. Mckay menambahkan, perdagangan senjata merupakan sumber devisa penting pemerintahan di Pyongyang. Pakar militer itu mrnandaskan, setiap tahunnya Korea Utara meraup keuntungan ratusan juta Dollar AS dari perdagangan senjata.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand mengungkapkan, dalam waktu dekat mereka akan mengirimkan hasil laporan penyelidikan pesawat bermuatan senjata itu ke Komisi Sanksi Perserikatan Bangsa Bangsa.

Musch Borowska / Ayu Purwaningsih

Editor: Hendra Pasuhuk