1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tidak Perlu Scanner Tubuh

7 Januari 2010

Sekarang banyak negara diskusikan penempatan scanner tubuh di bandar udara, untuk meningkatkan keamanan penerbangan dan mengurangi bahaya teror. Tapi itu juga bisa dijamin tanpa scanner, misalnya di bandara Israel.

https://p.dw.com/p/LO6X
Seorang pekerja bandara Schiphol, Belanda mencoba scanner tubuhFoto: AP

Pelabuhan udara Ben Gurion di dekat ibukota Tel Aviv adalah yang terbesar di Israel. Bandar udara ini satu-satunya yang melayani penerbangan internasional di Israel, dan menjadi salah satu yang paling aman di dunia. Di bandar udara ini, petugas penjaga keamanan mengadakan pembicaraan dengan setiap penumpang sebelum pemeriksaan masuk atau "check-in". Ke mana anda akan terbang? Mengapa anda ada di Israel? Siapa yang mengepak koper? Apakah ada orang yang menitipkan sesuatu kepada anda? Demikian pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilontarkan. Tanya jawab seperti itu dapat berlangsung lama, kadang seperempat jam atau lebih lama lagi.

Aparat keamanan di pelabuhan udara Ben Gurion meneliti, apakah jawaban yang diberikan penumpang benar. Mereka juga meminta bukti, bahwa keterangan yang diberikan orang yang berkunjung ke Israel sesuai kenyataan, misalnya melalui paspor, surat-surat dan dokumen lainnya. Jika penumpang mencurigakan, pria dan wanita muda, yang mengenakan kemeja putih serta celana kelabu ini, berunding dengan koleganya. Kemudian mereka mengadakan tanya-jawab lagi, sampai semua kecurigaan tersingkirkan.

Baru setelah itu tas dan koper diperiksa. Sekitar separuh dari penumpang pesawat harus membuka semua bawaan mereka. Prinsipnya tidak jelas, siapa yang harus membuka koper dan siapa yang boleh lewat begitu saja. Dengan alat-alat khusus para pemeriksa mencari tanda-tanda adanya bahan peledak. Bawaan yang bersifat setengah cair, misalnya minyak zaitun, madu dan selai pasti diperiksa, dan dengan sangat teliti.

Mulai dari kedatangan penumpang di pelabuhan udara sampai "check-in" kadang diperlukan waktu satu jam. Yang tidak membutuhkan waktu lama adalah warga Israel yang Yahudi, orang-orang yang sudah tua dan keluarga yang membawa anak-anak. Yang paling lama diperiksa adalah warga Arab dan perempuan yang mengadakan perjalanan sendirian.

Ide di balik konsep keamanan Israel ini jelas. Faktor manusia lebih penting bagi keamanan pesawat terbang daripada teknik modern, misalnya dengan penggunaan scanner tubuh. Ini berarti, yang berlaku bukan prinsip persamaan status sebagai penumpang. Kelompok etnis, agama, usia dan situasi hidup para penumpang juga ikut berperan bagi keamanan penerbangan. Pakar terorisme Israel Ariel Merari memuji prinsip ini. Menurutnya, apa yang disebut "profil etnis“ para penumpang efektif dan harus digunakan saat pemeriksaan keamanan. Seorang pemuda muslim jelas lebih berbahaya, daripada pria tua yang selamat dari pembantaian warga Yahudi di masa Perang Dunia II. Demikian ditekankan peneliti terorisme tersebut.

Namun demikian, scanner tubuh juga tidak dapat menjamin sepenuhnya keamanan penerbangan. Itu dikatakan Helmut Essen dari Institut Penelitian Fisika Frekuensi Tinggi dan Teknik Radar, Fraunhofer-Gesellschaft. Essen mengatakan, "Jika orang ingin menggunakan teknik dan tidak mau menggunakan daya pikir sama sekali, seperti sebaliknya di Israel, di mana pemeriksaan penumpang sepenuhnya dilakukan oleh petugas, tanpa scanner sama sekali, maka diperlukan dukungan lain. Scanner tubuh yang didiskusikan sekarang hanya menjadi salah satu komponen penjagaan keamanan."

Sebenarnya di Israel scanner tubuh juga digunakan, tetapi tidak di pelabuhan udara. Semua orang yang akan memasuki wilayah Israel dari Jalur Gaza harus masuk ke ruang kaca dan berdiri dengan kaki direntangkan.

Sebastian Engelbrecht / Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk