1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tiga Perempuan Pegiat Hak Sipil Peroleh Nobel Perdamaian

7 Oktober 2011

Jumat (07/10), pemenang Nobel Perdamaian diumumkan di Oslo, Norwegia. Penyerahaan penghargaan akan dilakukan tanggal 10 Desember 2011 kepada tiga perempuan yang dinilai berkomitmen besar terhadap hak-hak perempuan.

https://p.dw.com/p/12ne0
Presiden Liberia Ellen Johnson SirleafFoto: AP

Tahun 2011 ini, Komite Nobel memberi penghargaan Nobel Perdamaian atas keberhasilan kaum perempuan dalam gerakan demokrasi di Afrika dan dunia Arab kepada Presiden Liberia Ellen Johnson-Sirleaf, aktivis HAM Liberia Leymah Gbowee dan Tawakkul Karman dari Yaman.

Ketua Komitee Thorbjørn Jagland menjelaskan, Ellen Johnson-Sirleaf dan Leymah Gbowee dinilai telah berhasil mengakhiri perang saudara di negara mereka yang telah berkecamuk selama 13 tahun. Sementara Tawakkul Karman dinilai sebagai salah satu tokoh paling penting dalam gerakan protes di Yaman.

Akhiri Perang, Jaga Perdamaian

Friedensnobelpreis 2011
Leymah GboweeFoto: dapd

Ellen Johnson-Sirleaf merupakan perempuan Afrika pertama yang terpilih sebagai presiden dalam sebuah Pemilu demokratis. Saat terpilih, ia dianggap sebagai seorang reformis yang mampu menuntun Liberia pada perdamaian. Bagaimanapun, baru-baru ini lawan politiknya menuduhnya telah melakukan kecurangan dan menggunakan dana pemerintah dalam kampanye. Ellen Johnson-Sirleaf membantah semua tuduhan ini.

Liberia dilanda perang sipil sampai tahun 2003. Sekarang, negara ini masih terus berjuang untuk mempertahankan perdamaian yang rapuh dengan dukungan pasukan perdamaian PBB. Aktivis Leymah Gbowee mendirikan satu kelompok yang beranggotakan perempuan Kristen dan Muslim untuk melawan para pemimpin perang di Liberia. 

Gerakan Perempuan

Friedensnobelpreis 2011
Tawakkul KarmanFoto: dapd

Tawakkul Karman yang berusia 32 tahun merupakan aktivis bagi kebebasan pers dan hak-hak perempuan di Yaman. Ia mendirikan organisasi HAM bagi jurnalis perempuan. Tawakkul Karman juga merupakan salah satu dari segelintir perempuan Yaman yang berjuang untuk kebebasan, terutama hak perempuan, dalam masyarakat yang didominasi laki-laki.

Tawakkul Karman menjadi tokoh terkemuka dalam mengorganisir protes di Yaman, menentang pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh. "Kita tidak akan mencapai demokrasi dan perdamaian abadi di dunia, kecuali kaum perempuan mendapatkan kesempatan dan hak yang sama dengan laki-laki untuk turut bersama membangun di semua tingkat masyarakat,“ dikatakan Komitee Nobel mengacu pada pencapaian Tawakkul Karman dalam berjuang mencapai perdamaian.

Yuniman Farid/afp/dpa/rtr

Editor: Hendra Pasuhuk