1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

041009 Sumatra Beben

4 Oktober 2009

Sedikitnya 4.000 orang dilaporkan masih hilang sejak gempa bumi di Padang dan sekitarnya. Semakin banyak tim penyelamat dari luar negeri telah tiba di kawasan bencana.

https://p.dw.com/p/JxTM
Pelacakan dan pencarian korban tertimbun akibat gempa masih berlanjutFoto: AP

Di kawasan gempa jumlah tim penyelamat dari luar negeri yang telah tiba bertambah. Demikian juga dari Jerman. Organisasi bantuan Search and Rescue ISAR Jerman, dengan membawa anjing pelacak dan perlengkapan profesional membantu mencari korban yang masih tertimbun di Padang. Namun harapan untuk dapat menemukan korban hidup semakin menipis. Demikian tutur jurubicara ISAR Jerman Mark Rösen, "kami punya patokan waktu kira-kira 72 jam. Jika seseorang tidak minum selama 72 jam, maka ia bisa meninggal akibat dehedrasi. Namun suhu cukup baik, yakni 30 derajat celcius, dan terkadang turun hujan. Jadi, korban yang masih tertimbun dapat meminum air hujan itu. Pernah ada kejadian, dimana korban yang terperangkap selama 5, 6, 7, bahkan 14 hari dapat diselamatkan.“

Organisasi bantuan dari Swiss juga telah mengerahkan timnya di kawasan hotel Ambacang di Padang.

Gedung kuno bertingkat lima itu hampir rubuh total. Diperkirakan, di bawah reruntuhan gedung masih terdapat korban hidup. Linda Hornisberger dari organisasi bantuan Swiss itu mengatakan, "masih ada 30 hingga 70 orang yang diduga berada di bawah puing-puing gedung. Anjing pelacak kami telah menemukan posisi dimana diperkirakan ada korban yang masih hidup. Dengan menggunakan peralatan teknis kami berhasil mendapatkan tanda-tanda kehidupan di posisi-posisi itu.“

Selain Swiss dan Jerman, Jepang, Australia, Singapura dan negara-negara lain juga telah mengirimkan organisasi bantuan ke Padang. Mereka spesialis dalam melacak korban di bawah reruntuhan gedung.

Tim pelacak PBB sedang dalam perjalanan menuju kawasan gempa lain di sekitar Padang. Dikatakan, bantuan belum mencapai kawasan tersebut. Sejumlah desa amblas akibat gempa. Rumah-rumah runtuh dan jalanan tidak dapat dilewati.

Di Pariaman diperlukan sedikitnya 10.000 tempat penampungan darurat, sehingga yang dibutuhkan terutama adalah tenda, demikian diserukan pemerintah daerah. Di beberapa kawasan juga disebutkan persediaan bahan pangan mulai menipis.

Bernd Musch-Borowska / Andriani Nangoy

Editor: Marjory Linardy