1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

290611 Bio-Imbissbuden

12 Juli 2011

Hamburger, penganan cepat yang digemari orang, kerap dikecam oleh para ahli nutrisi. Di banyak kota besar Jerman meluas trend baru,“Gourmet Burger”

https://p.dw.com/p/11thA
Foto: DW

Daging cincang yang dipanggang atau digoreng seperti perkedel, di sisipkan antara dua belahan roti bundar dan diberi saos tomat merah, sekerat ketimun, irisan tomat, daun selada dan kadang, selembar keju tipis. Hamburger, penganan cepat yang digemari orang. Hamburger penganan cepat yang digemari orang.

Berlin, Hamburg dan München berada di garda depan trend burger gourmet di Jerman. Pertengahan 2010 trend itu sampai di kota Köln. Buka langsung tiga kedai yang memiliki satu misi, memperkenalkan jenis hamburger baru. Brunos Brenner, menyediakan burger barbecue dengan saos khas, cabai Meksiko - jalapeno yang pedas ditambah krecek.

Di restoran Hans-im-Glück – rotinya renyah, dengandaging sapi berkwalitas, daun selada, tomat, bawang, irisan ham Italia dari Parma, daun selada rucola dan saus cuka Balsamico.

Köln Freddy Schilling - die Hamburger Manufaktur
Freddy Schilling - die Hamburger ManufakturFoto: DW

Kedai burger lainnya di Köln, bernama "Freddy Schilling - die Hamburger-Manufaktur". Pemiliknya juga merangkap koki di kedai itu. Ia mengaku, "Pekerjaan utamanya adalah pemanggang burger“. Bersama rekannya Pascal, ia membuka kedainya bulan Oktober lalu. Kedai "Freddy Schilling" bisa menjual 200 burger se hari.

Istimewanya kedai ini adalah tak hanya memenuhi standar minimal, yakni di buat di tempat dan menggunakan bahan dan sayuran segar. Lebih dari itu, setiap bahan dasar yang digunakan harus berasal dari petani dan produsen sekitar Köln, yang produknya memenuhi standar produksi berkelanjutan yang berlaku untuk melindungi lingkungan hidup.

Mempromosi dagangannya, Pascal bercerita, "Rotinya dari toko di Köln dan acap kali masih hangat ketika diantar ke mari. Dagingnya berkwalitas tinggi, dan kami memanggangnya di atas bara yang tercium asapnya. Sausnya kami buat sendiri, itulah keistimewaan kami, tentunya tanpa bahan pengawet maupun pewarna."

Segar, cepat dan cantik di mata. Itulah yang ditawarkan kedai-kedai baru ini, begitu keterangan Ikatan Hotel dan Restoran jerman DEHOGA. Trend untuk meningkatkan kwalitas hidangan sebenarmya sudah berlangsung sejak 10 tahun. Awalnya dari kentang goreng dan sosis bersaos curry, dan sekarang termasuk Hamburger.

Flash-Galerie Köln Restaurant Hans im Glück
Foto: DW

Sementara Darius Panah, pemilik gerai burger "Hans im Glück" di Köln merasa konsepnya jitu. "Saya yakin, konsep ini akan bertahan. Buktinya kami sukses. Kedai kami baru dua bulan berjalan dan seluruh ongkos kami sudah tertutup. Padahal kami kira, titik impas baru akan tercapai dalam tujuh bulan.“

Berbeda dengan kedai burger lainnya, Brunos Brenner tidak hanya mengutamakan tawaran burger yang lezat. Bersama timnya, menejer bisnis burger itu berusaha menggaet pelanggan melalui atmosfir restorannya. Bantal-bantal empuk bertaburan di atas bangku-bangku kayu yang hitam pekat. 40 batang pohon kecil membagi ruang, musik chill-out mengisi ruang duduk-duduk. Bunga-bunga anggrek menghiasi meja-meja kecil diselang-seling kursi.

Di Bruno Brenners, mayoritas pelanggannya, kira-kira 70 persen, adalah perempuan. Mengingat itu, Henning Stäcker tersenyum puas. Ia tahu bagai kumbang mencari madu, pelanggan pria akan datang ke tempat yang digemari perempuan. Dan jumlah pelanggan lelaki pun terus meningkat. Ungkapnya, "sebenarnya kesamaan pelanggan kami adalah bahwa mereka sangat menyadari apa yang mereka makan. Kesadaran inilah yang nge-trend dalam masyarakat saat ini.“

Trend kesadaran, yang menurut Henning Stäcker diimpor dari Amerika, Inggris dan Selandia Baru. Di Köln, harga hamburger kelas atas ini antara 6 Euro hingga 9 Euro. Di kedai burger seperti MacDonald atau Burger King harganya mulai dari satu Euro, untuk versi spesialnya bisa sekitar 5 Euro.

Anuga 2009
Foto: AP


Harga Burger produk Henning Stäcker lebih mahal. Menurut dia, "Harga hamburger kami terpaksa dinaikkan, karena sebelumnya, meskipun bekerja dengan kapasitas penuh pemasukan kami pas-pasan. Ini jelas-jelas karena bahan baku yang kami gunakan mahal harganya dan untuk mendapatkan jaminan kwalitas itu, tamu kami harus bersedia membayar sedikit lebih mahal. Saya kira untuk membayar 7 Euro untuk hamburger lengkap, bisa dipertanggungjawabkan."

Hamburger buatan sendiri dengan kwalitas terjamin, menjadi pilihan penikmat fast-food, di masa-masa krisis pangan seperti di Jerman ini.


Marlis Schaum /Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk