1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Trump Dituding Bocorkan Rahasia Negara ke Rusia

16 Mei 2017

Presiden AS Donald Trump kembali diterpa skandal setelah dituding membocorkan informasi rahasia kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih.

https://p.dw.com/p/2d1ph
USA Treffen zwischen Trump und Lavrov
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrob (ki.) bertemu Presiden Donald Trump saat berkunjung ke Washington, 10 Mei 2017Foto: picture alliance/dpa/A. Shcherbak

Presiden Donald Trump dituding membocorkan informasi rahasia kepada diplomat Rusia di Gedung Putih. Tudingan dilayangkan harian Washington Post yang mengutip seorang pejabat tinggi pemerintah. Menurut laporan tersebut, Trump menyerahkan data intelijen soal Islamic State dalam pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pekan lalu.

Trump dinilai melakukan pelanggaran, terlebih informasi yang dibocorkan berasal dari dinas intelijen negara sekutu yang menolak membagikannya kepada Moskow.

Gedung Putih sejak awal menepis tudingan tersebut. Namun Penasehat Keamanan Nasional AS, HR McMaster, mengakui Trump dan Lavrov "mempelajari sederet ancaman terhadap kedua negara, termasuk ancaman terhadap penerbangan sipil," ujarnya.

Washington Post menulis, Trump menjelaskan ancaman teror ISIS terhadap penerbangan sipil dengan menggunakan komputer laptop. Ia juga membocorkan nama kota tempat informasi tersebut dikumpulkan. Pemerintah Washington baru-baru ini melarang penggunaan laptop di pesawat sipil dari sejumlah negara Timur Tengah dan kemungkinan juga Eropa.

Gedung Putih sendiri tidak membantah kabar burung tersebut. McMaster hanya menyebut tuduhan "seperti yang dilaporkan (media) adalah salah."

Jika terbukti, skandal ini dianggap sebagai salah satu yang paling besar selama masa kepresidenan Trump. "Membocorkan informasi rahasia pada level ini adalah sangat berbahaya dan menggandakan risiko bagi warga Amerika yang bekerja mengumpulkan informasi intelijen untuk negara kita," kata Senator Chuck Schumer dari Partai Demokrat. 

"Presiden harus menjelaskan duduk perkaranya kepada komunitas intelijen, rakyat dan Kongres."

rzn/yf (afp,ap)