1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Trump Diyakini Akan Terapkan Praktik Penyiksaan

26 Januari 2017

Presiden AS Donald Trump akan kembali menerapkan praktik penyiksaan dalam perang melawan Teror. Ia juga mendukung pembukaan kembali penjara "gelap" milik dinas rahasia CIA di luar Amerika Serikat.

https://p.dw.com/p/2WPo0
Symbolbild Folter
Ilustrasi metode "Waterboarding"Foto: imago/Rüdiger Wölk

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi ABC News, Presiden Donald Trump mengatakan, pihaknya akan "memerangi api dengan api" dalam konflik melawan kelompok ekstremis Islam.

Untuk itu Trump akan berkonsultasi dengan Menteri Pertahanan James Mattis dan Direktur CIA Mike Pompeo sebelum menerapkan kebijakan baru tersebut. Trump mengklaim berulangkali bertanya ihwal keampuhan praktik penyiksaan kepada perwira tinggi dinas intelijen. "Dan jawabannya adalah ya. Tentu saja," ujarnya.

Namun ia menambahkan pemerintahannya akan menerapkan kebijakan baru itu "dalam batas apa yang bisa dilakukan secara legal." Sebelumnya kantor berita Associated Press memublikasikan rancangan perintah presiden ihwal keamanan nasional yang antara lain menginstruksikan CIA untuk melanjutkan praktik penyisaan.

Selain itu Trump juga disebut akan mengirimkan "tersangka teroris" ke penjara Guantanamo.

Jurubicara Trump, Sean Spicer, mengklaim rancangan tersebut "bukan dokumen milik Gedung Putih." Namun ia menolak berkomentar ihwal rencana presiden menerapkan kembali praktik penyiksaan,

Ketua parlemen dari Partai Republik, Paul Ryan, mengklaim rancangan tersebut "ditulis oleh seseorang yang pernah bekerja pada masa transisi. Ini bukan rencana pemerintah Trump," ujarnya.

"Presiden bisa menandatangani perintah apapun yang ia suka. Tapi hukum adalah hukum," kata politisi senior Partai Republik, Senator John McCain, yang juga pernah disiksa dalam Perang Vietnam. "Kita tidak akan menerapkan kembali penyiksaan di Amerika Serikat," tegasnya.

Menteri Pertahanan AS, James Mattis, bersaksi di hadapan Kongres bahwa "penyiksaan tidak bermanfaat" dalam mengumpulkan data intelijen. Ia bersikeras tidak akan mengubah sikapnya di hadapan Presiden Trump.

rzn/yf (ap,rtr)