1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

"Tsunami" Twitter di Indonesia

ap/as(rtr)12 Februari 2016

Apakah Anda lebih sering menggunakan Twitter dibanding aplikasi media sosial lainnya? Stagnansi aktivitas Twitter mendorong perusahaan itu melakukan perubahan radikal. Bagaimana tren-nya di tanah air?

https://p.dw.com/p/1HuHi
Illustration Twitter kappt Jahresprognose - Aktie fällt
Foto: Reuters/D. Ruvic

Indonesia telah lama menjadi salah satu negara unggulan Twitter. Tapi banyaknya aplikasi alternatif saingan dan baku hantam politik di medsod 'cuitan' itu diduga telah membuat penggunanya banyak berpaling.

Data yang dihimpun Global Web Index menunjukkan, sejajar dengan Meksiko, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang sangat aktif dalam ber-twitter. Namun perubahan selera, budaya dan politik, mendorong penurunan jumlah pengguna Twitter aktif di Indonesia hingga 10 persen dalam dua tahun terakhir, demikian diitunjukkan dalam laporan itu.

Blogger terkemuka yang memiliki hampir 200.000 pengikut di akun Twitter-nya, Enda Nasution mengatakan, “Kalau Twitter tidak membuat perubahan atau menampilkan fitur-fitur baru yang menarik dan tidak dapat ditemukan pada platform lain, maka saya rasa orang akan enggan kembali ke Twitter."

Seorang juru bicara Twitter yang menolak untuk mengomentari data tersebut mengatakan, ia tidak melihat fenomena seperti dalam laporan tersebut. Menurut dia, generasi muda di pasar utama Twitter, seperti Indonesia dan India adalah pengguna Twitter yang penuh semangat.

Dia mengatakan perusahaan Twitter terus berkembang di Indonesia dan bekerja sama dengan sektor penerbangan, bank dan selebriti untuk menambahkan layanan dan konten. Ia mencatat, Indonesia juga telah menjadi salah satu pasar utama bagi Periscope, yang diakuisisi oleh Twitter, dimana penggunanya bisa menggunakan layanan itu untuk membuat dan berbagi video secara langsung.

Perubahan layanan

Pada hari Rabu (10/02) lalu, Twitter melaporkan tengah melakukan perubahan layanan, setelah mencermati statistik tidak adanya pertumbuhan pengguna yang signifikan pada kuartal pertama tahun ini.

Perubahan itu di antaranya, dengan menngunakan sistem algoritma pada tampilan timeline. Perubahan timeline -nya kini menunjukkan tweet yang ingin dilihat users. Sebelumnya, di tweet muncul di timeline sesuai dengan waktu unggahnya.

Dalam statistik pengguna Twitter muda dengan rentang usia 16-24 tahun, Indonesia masih tertinggal dari Spanyol, Meksiko dan Inggris. JakPat, sebuah perusahaan survei Indonesia mencatat, jumlah pengguna aktif Twitter remaja cenderung lebih sedikit dibandingkan mereka yang berusia 26 tahun ke atas. Banyak di antara pengguna twitter yang beralih ke aplikasi medsos lain seperti Facebook dan media berbagi foto, Instagram.

Arena baku hantam

Situasi politik di Indonesia juga dianggap sebagai salah satu faktor penurunan aktivitas Twitter. Politisi melihat keunggulan Twitter dalam memobilisasi dukungan. Hal itu terlihat dari bagaimana jaringan sosial ini dibanjiri oleh para relawan digital dan akun abal-abal. Shafiq Pontoh, yang merupakan pimpinan departemen strategis konsultan media sosial di Jakarta, Provetic, menggambarkan telah terjadi "tsunami" kampanye hitam, hoax,prasangka, rasisme, spam, pelecehan, akun anonim dan aksi politik dalam membingkai topik serta propagana. "Twitter menjadi tempat nyaman untuk melakukan itu," paparnya.

Instansi-instansi pemerintah, perusahaan-perusahaan dan bahkan Presiden Joko Widodo telah memanfaatkan Twitter sebagai bentuk layanan publik. Akun Twitter polisi lalu lintas Jakarta, yang membantu pengendara otomotif menghindari kemacetan dan jalan rusak memiliki lebih dari 5 juta pengikut. Akun itu menyediakan layanan informasi, namun masih terlalu pasif bagi kaum muda.

Simon Kemp, dari perusahaaan agen marketing media social, We Are Social mengatakan, Twitter harus lebih fokus pada pemahaman bagaimana orang di setiap lokasi, seperti Indonesia menggunakan layanan mereka. "Orang-orang masih melihat hal-hal ini ini sebagai teknologi dasar,"katanya," sementara pendorong budaya menentukan, apa yang dapat orang gunakan dan kapan menggunakannya.”