1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tugas Berat Pemerintahan Baru Italia

Danhong Zhang1 Mei 2013

PM baru Italia, Enrico Letta, berkunjung ke negara-negara kuat Eropa untuk membeberkan posisi kuncinya. Namun Italia dihadang banyak tantangan, dan pemerintahan baru tergolong rapuh.

https://p.dw.com/p/18PyA
Foto: AFP/Getty Images

Perbedaan pendapat begitu besar kalau menyangkut posisi Italia secara ekonomi. Ekonom Amerika Serikat Nouriel Roubini sudah memandang perekonomian terbesar ke-tiga di zona Euro itu sebagai negara bangkrut. Ekonom Jerman Wolfgang Franz justru meyakini sebaliknya."Italia," klaimnya, "memiliki ekonomi yang sangat kuat dan solid."

Jadi siapa yang benar? Keduanya, menurut Anton Börner, presiden Federasi Layanan dan Perdagangan Luar Negeri. "Sebagai sebuah pemerintahan, Italia bangkrut, tapi sebagai sebuah negara, Italia sekaya Jerman," ujarnya. "Pendapatan rata-rata di provinsi-provinsi bagian utara seperti Lombardia dan Piemonte jauh lebih besar ketimbang rata-rata di negara-negara Uni Eropa lain."

Kakunya aturan perlindungan pekerja

Di negara dengan nama-nama besar seperti Armani dan Ferrari, Börner menekankan bahwa sejumlah perusahaan justru dapat sukses bukan karena struktur politik dan ekonomi. Pasar tenaga kerja misalnya. "Kalau sebuah perusahaan mempekerjakan lebih dari 15 orang, tidak akan bisa menyesuaikan dengan penurunan ekonomi karena tidak bisa memecat orang," jelasnya kepada DW.

Pidato pertama Letta di hadapan parlemen diterima dengan baik meski masih banyak yang diharapkan
Pidato pertama Letta di hadapan parlemen diterima dengan baik meski masih banyak yang diharapkanFoto: Reuters

Hasilnya, perusahaan di Italia enggan merekrut pekerja baru, dan generasi muda yang menderita. Satu dari tiga orang di Italia yang berusia di bawah 25 tahun adalah pengangguran. Tingkat pengangguran secara keseluruhan telah mencapai level tertinggi, yakni lebih 11 persen. Ketatnya undang-undang perlindungan tenaga kerja bagi perusahaan dengan 15 pekerja mendorong banyak perusahaan memilih untuk tidak berinvestasi dan tetap bertahan pada skala kecil.

Stagnasi dan resesi

Perusahaan-perusahaan Jerman menghabiskan sekitar 5-6 persen omset untuk riset dan pengembangan, sementara perusahaan-perusahaan Italia kurang dari 1 persen. Jadi tidak heran kalau daya saing perekonomian Italia turun secara drastis.

Bagi Italia, stagnasi dan resesi sudah menjadi makanan sehari-hari. Sejak krisis finansial pecah tahun 2008, produk domestik bruto Italia menyusut 5 persen, dan hasil produksi industri juga berkurang. Belum lagi rasio utang yang melambung tinggi meski ada penurunan tajam pada utang baru.

Italia mengusung nama-nama besar - seperti Dolce & Gabbana di dunia mode - tapi sudah bukan lagi pemain besar di dunia
Italia mengusung nama-nama besar - seperti Dolce & Gabbana di dunia mode - tapi sudah bukan lagi pemain besar di duniaFoto: AP

Tahun ini, total utang akan mencapai 130 persen dari hasil produksi ekonomi - level tertinggi sepanjang sejarah Italia. Apabila negara itu dapat terus meminjam dengan suku bunga 4 persen, perekonomian harus menunjukkan sekitar 5 persen pertumbuhan nominal untuk mempertahankan rasio utang seperti sekarang. Tapi karena Italia jelas tidak dapat tumbuh dengan kecepatan tersebut, "sejumlah ekonom mengklaim Italia tidak akan pernah mampu membayar utang dan rasio utangnya akan terus melambung tinggi," kata Clemens Fuest, Presiden Pusat Riset Ekonomi Eropa di Mannheim.

Sejumlah kebingungan

Namun kenyataan bahwa Italia memiliki utang semacam ini memberikan kebingungan bagi warga Italia, menurut Börner, seorang pakar Italia yang menghabiskan 4 bulan dalam setahun di negara tersebut. "Setiap kelompok hanya memikirkan kepentingan golongan dan tidak bersedia untuk mengorbankan apapun," ungkapnya. "Tidak ada yang siap untuk berkompromi demi kepentingan masyarakat Italia."

Itu juga mengapa pemerintahan baru di Roma menimbulkan sedikit euforia di kalangan internal Italia, begitu juga dengan kalangan pasar finansial. "Tidak akan menjadi pemerintahan yang stabil, karena tim yang baru berusaha untuk menyatukan api dan air," tukas Börner. "Itu tidak akan berhasil."