1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikPalestina

Ucapan Mahmoud Abbas "Hamas Tidak Wakili Palestina" Direvisi

16 Oktober 2023

Kantor berita Palestina, WAFA, sebelumnya melaporkan Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan bahwa kebijakan dan tindakan Hamas tidak mewakili rakyat Palestina. Tapi WAFA kemudian merevisi beritanya.

https://p.dw.com/p/4XZGX
Presiden Palestina Mahmoud Abbas
Foto: Lisi Niesner/REUTERS

Pernyataan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas soal Hamas sebelumnya dirilis oleh oleh kantor berita Palestina, WAFA, pada Minggu (15/10).

WAFA melaporkan bahwa Abbas mengatakan kebijakan dan tindakan Hamas "tidak mewakili rakyat Palestina.” Dalam laporan itu, Abbas juga menegaskan bahwa satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina adalah Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), bukan Hamas.

Menurut WAFA, pernyataan Abbas tersebut disampaikan saat melakukan panggilan telepon dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro pada hari Minggu (15/10). "Presiden menegaskan penolakannya terhadap pembunuhan warga sipil di kedua pihak dan menyerukan pembebasan warga sipil dan tahanan di kedua pihak.”

Namun, pernyataan Mahmoud Abbas yang dipublikasikan WAFA di situsnya kemudian dihapus dan direvisi menjadi: Presiden menekankan bahwa kebijakan, program, dan keputusan PLO mewakili rakyat Palestina sebagai satu-satunya perwakilan sah mereka, dan bukan kebijakan dari organisasi lain.”

Mahmoud Abbas adalah pemimpin faksi Fatah di dalam PLO yang berselisih dengan Hamas sejak 2007. Ketika itu Hamas merebut kekuasaan di Jalur Gaza dan mengusir faksi Fatah dalam bentrokan bersenjata.

Hamas dideklarasikan sebagai kelompok teror antara lain oleh Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), dan Israel.

UNRWA: 1 juta warga Gaza telah mengungsi dalam sepekan terakhir

Badan PBB yang bertugas membantu pengungsi Palestina, UNRWA, melaporkan sudah ada satu juta penduduk Gaza yang mengungsi sejak perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober lalu.

Direktur Komunikasi UNRWA Juliette Touma dalam keterangannya kepada DW pada Minggu (15/10), menyebut bahwa para pengungsi tersebut telah berpindah "ke seluruh Jalur Gaza.”

Sementara, dalam wawancara kepada kantor berita Prancis, AFP, Touma menyebut bahwa "jumlah pengungsi masih berpotensi naik karena warga masih terus meninggalkan rumah mereka.”

Sebagai bagian dari persiapan serangan darat, Israel sebelumnya telah mendesak sekitar 2,3 juta warga Gaza untuk pindah ke Selatan, keluar dari Kota Gaza.

"Rakyat Gaza bukan musuh kami”

Dalam wawancara kepada DW, juru bicara militer Israel IDF, Peter Lerner, mengatakan bahwa tujuan militer Israel di Jalur Gaza adalah untuk "menghancurkan infrastruktur Hamas”, seraya menambahkan: "Rakyat Gaza bukanlah musuh kami.”

"Instruksi kami kepada masyarakat Gaza untuk pindah ke Selatan adalah upaya kemanusiaan untuk menjaga mereka dari bahaya. Ini adalah (cara) kami untuk membedakan teroris dan non-kombatan,” kata Lerner merujuk pada perintah evakuasi warga sipil di Gaza Utara.

"Hamas telah memanfaatkan infrastruktur sipil, mereka menempatkan drone dengan bahan peledak di atap rumah, mereka menempatkan roket di ruang bawah tanah gedung-gedung tinggi, mereka (mengoperasikan) posisi komando dan kontrol dari infrastruktur publik,” lanjut Lerner.

"Rakyat Gaza perlu bergerak dan saya sangat senang mereka mendengarkan kami, karena seperti yang kita lihat selama beberapa hari terakhir, Hamas berusaha mencegah warga mengungsi dari tempat yang akan menjadi zona konflik kami, tempat operasi kami,” tambahnya.

Hamas di sisi lain telah membantah pernyataan tersebut. Perintah evakuasi yang dikeluarkan IDF ini sebelumnya juga dikritik kelompok-kelompok HAM dan organisasi bantuan kemanusiaan sebagai hal yang "tidak praktis” dan "tidak mungkin”.

gtp/ha/hp (AFP, Reuters)