1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ukraina Belum Siap Gelar Piala Eropa 2012?

10 Oktober 2011

Timnas Austria siap melawan Ukraina bulan November. Namun pembangunan stadion Lviv yang rencananya menjadi lokasi laga hingga kini belum selesai. Ukraina dikhawatirkan belum siap menjadi tuan rumah Piala Eropa 2012.

https://p.dw.com/p/12ogC
Stadion Lviv, Ukraina
Stadion Lviv, UkrainaFoto: Aden

Ukraina bersama Polandia adalah tuan rumah turnamen sepakbola Piala Eropa 2012. Presiden Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA), Michel Platini, menilai Ukraina 'hampir siap' menggelar turnamen yang mulai digelar tanggal 8 Juni tahun depan. Penilaian yang ia kemukakan usai mengunjungi stadion di empat kota di Ukraina. "Tidak ada masalah besar, hanya masalah-masalah kecil yang harus dipecahkan. Tapi semuanya terlihat baik-baik saja," ujar Platini.

Tampak luar stadion Lviv bulan Juni 2011
Tampak luar stadion Lviv bulan Juni 2011Foto: Aden

Meski begitu, Platini mengangkat masalah atap stadion Lviv yang belum selesai. Bahkan 8 bulan menuju pembukaan turnamen, belum ada jalan aspal yang menjadi akses ke stadion. Namun Volodymyr Onyshchuk yakin semuanya akan berjalan sesuai jadwal, "Akhir Oktober adalah target pembukaan stadion secara resmi. Kami terikat tenggat waktu. Tidak ada alternatif."

Infrastruktur belum mendukung

Onyshchuk harus bersikap optimis. Sebagai manajer proyek stadion Lviv, ia kini berada di bawah tekanan. Sikap pesimis datang dari ahli marketing Masyarakat Jerman Bagi Kerjasama Internasional (GIC), Mathias Brandt. Menurutnya Piala Eropa 2012 akan tetap dapat digelar di Ukraina. Namun ia ragu stadion Lviv akan siap sebagai lokasi laga percobaan antara timnas Ukraina dengan Austria pertengahan November. "Saya tidak bisa membayangkan stadion ini selesai pada waktunya. Saat timnas Austria datang November nanti, mereka sebaiknya membawa sepatu bot karet," tukas Brandt.

Guyonan tersebut dilontarkan Brandt yang terlibat dalam kampanye imej Ukraina menuju Euro 2012. Harus diakui infrastruktur Ukraina hingga kini belum mendukung. Dalam kunjungannya, Platini juga menyebutkan landasan pacu yang terlalu pendek di bandara Donetsk. Namun pada akhirnya, panitia persiapan di Ukraina berhasil meyakinkan presiden UEFA tersebut bahwa semuanya akan berjalan lancar hingga turnamen berlangsung.

Justru media setempat yang ramai mengangkat perihal akomodasi yang tidak memadai, jaringan transportasi peninggalan era Soviet, dan standar pelayanan yang masih tergolong rendah. Mathias Brandt berkomentar, "Pelayanannya terkadang sangat sangat bagus. Ya tidak ada yang benar-benar tertinggal di segala bidang terkait Piala Eropa 2012."

Pusat kota Lviv, Ukraina
Pusat kota Lviv, UkrainaFoto: DW

Kebangkitan Eropa Timur?

Awal tahun 2011, Ukraina sempat beresiko kehilangan haknya untuk menjadi tuan rumah Piala Eropa 2012, turnamen sepakbola tingkat Eropa yang akan digelar pertama kalinya di Eropa Timur. Krisis finansial mengancam pembangunan stadion, jalanan dan hotel. Persiapan pun semakin tidak sesuai dengan jadwal semula. Namun hasil penilaian Platini mengembalikan kepercayaan dunia sepakbola Eropa terhadap Ukraina. Platini terutama memuji stadion Olympiyskiy yang akan menjadi lokasi pertandingan final. Padahal pembangunan stadion tersebut sempat berada 5 bulan di belakang jadwal.

"Dampak tidak langsungnya, semoga Ukraina jadi terlihat lebih kuat di peta Eropa Timur dalam beberapa aspek. Warganya terdidik, dan kalau dicermati, keindahan alam serta ibukota Donetsk yang juga kota industri menawarkan banyak pengalaman. Saat para suporter sepakbola melihatnya, maka akan tercipta ketertarikan terhadap negara hebat dengan 50 juta penduduk ini. Kemudian akan sangat mungkin investasi asing berdatangan, hubungan perdagangan bertambah, dan nantinya terlihat dari hitung-hitungannya." Harapan tinggi dilontarkan Brandt yang sudah tinggal di Ukraina selama 2 tahun. Begitu juga dari para pelaku bisnis lokal yang banyak menaruh harapan pada Piala Eropa 2012 untuk memperkuat perekonomian Ukraina.

Christopher Kersting/dpa/rtr/Carissa Paramita

Editor: Vidi Legowo-Zipperer