1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

181109 Somalia Soldaten

18 November 2009

Misi untuk itu disepakati para menteri pertahanan Uni Eropa, Selasa (17/11) di Brüssel, Belgia. Tentara Uni Eropa akan bekerjasama dengan Uni Afrika. Militer Jerman ikut serta.

https://p.dw.com/p/KaDi
Pejuang Islam dalam baku tembak melawan tentara pemerintah di dekat istana presiden di Mogadishu, April 2009Foto: AP
Seperti halnya panggilan azan, bunyi tembakan merupakan keseharian di Mogadishu, ibukota Somalia. Hampir setiap hari terjadi baku tembak antara pemerintah sementara Somalia dan pejuang bawah tanah Islam. Dan situasi ini sudah berlangsung bertahun-tahun. 5.000 tentara yang ditugaskan Uni Afrika untuk menjaga perdamaian, bisa dibilang tidak berdaya. Pihak yang paling menderita adalah penduduk Mogadishu yang bertahan di kota itu, kata Peter Smerdon dari badan PBB, Program Pangan Dunia.

Pelan-pelan krisis melewati wilayah perbatasan. Dengan satu dan lain cara, negara-negara tetangga Somalia ikut terkena krisis. Perang mengancam antara Ethiopia, Eritrea dan Jibuti, karena pemerintahnya mendukung fraksi-fraksi yang berbeda dalam perang saudara di Somalia. Sementara Perdana Menteri Kenya Raila Odinga mengkuatirkan serangan dari militan Somalia di daerah perbatasan yang sangat luas dan tidak diawasi.

Pelatihan dan pendidikan tentara Somalia merupakan langah terpenting untuk membantu pemerintah sementara yang tak bergigi. Namun sampai saat ini, Somalia belum memiliki angkatan bersenjata. Dalam kurun waktu satu tahun, sekitar 2000 tentara dan aparat keamanan Somalia akan dilatih di Uganda, dengan bantuan Uni Eropa. Juru bicara militer Uganda Felix Kulayigye menyambut baik prakarsa Uni Eropa. "Tidak ada upaya yang bebas resiko. Tapi stabilitas Somalia punya arti penting bagi Afrika. Karena itu, kami dan Uni Eropa ingin mendukung upaya perdamaian di Somalia, dimana kami membantu pemerintah membentuk angkatan bersenjata yang terdiri dari tentara Somalia sendiri.“

Banyak pertanyaan belum terjawab. Misalnya, bagaimana orang bisa yakin bahwa tentara yang dilatih Eropa tidak menggabungkan diri dengan pemberontak Islam atau ekstrimis lain. Pada akhirnya orang harus percaya pada kompetensi pemerintah Somalia pimpinana Presiden Sheikh Sharif Ahmed, kata David Payne, anggota Kongres Amerika Serikat. Payne yang juga mengetuai Komisi Afrika, baru-baru ini bertemu Presiden Somalia.

Sementara ini pemerintahan Sheikh Ahmed berjuang untuk tetap eksis. Namun tanpa bantuan militer mereka tak akan mampu bertahan.

Marc Engelhardt/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid