1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Untung Rugi Obama di Myanmar

9 November 2012

Pemerintah Myanmar menyambut hangat keputusan Presiden Barack Obama untuk berkunjung ke negara itu bulan ini, dan mencatat bahwa itu akan menjadi momentum untuk meningkatkan reformasi politik.

https://p.dw.com/p/16fyy
Foto: Reuters

Obama akan menjadi Presiden Amerika pertama yang mengunjungi negara yang pernah dianggap pariah itu, yang kini berkembang setelah puluhan tahun berada di bawah rezim junta militer. Kunjungan ke Myanmar adalah bagian dari tur Obama di Asia Tenggara.

Ini adalah kunjungan luar negeri pertama Obama setelah terpilih menjadi Presiden Amerika untuk periode kedua, sekaligus menunjukkan bahwa Amerika semakin melihat Asia Tenggara sebagai wilayah penting, terutama dalam membendung pengaruh Cina.

Myanmar Menyambut baik

Juru bicara kantor kepresidenan Mayor Zaw Htay mengatakan dia percaya bahwa “dukungan dan dorongan dari Presiden dan rakyat Amerika akan memperkuat komitmen Presiden Thein Sein untuk terus melanjutkan proses reformasi.”

Zaw Htay dalam sebuah pernyataan hari Jumat (09/11) mengatakan bahwa pemerintah berharap “hubungan bilateral dan kerjasama akan bertambah secara signifikan setelah kunjungan bersejarah itu.”

Prematur?

Kunjungan ke Myanmar diumumkan dua hari setelah Obama terpilih kembali untuk masa jabatan kedua, dan itu adalah bagian dari tur Asia Tenggara yang akan dilakukan pada 17-20 November. Obama akan berada di Myanmar pada tanggal 19 November.

Kunjungan ini dilakukan di tengah keprihatinan Amerika dan Uni Eropa atas kekerasan sektarian yang sedang terjadi di bagian barat Myanmar.

Penyelidik hak asasi manusia PBB telah mengkritik pemerintahan setengah militer Myanmar dalam mengatasi ketegangan antara kelompok mayoritas Buddhis-Rakhine dengan minoritas Muslim-Rohingya. Beberapa kalangan melihat kunjungan Obama ini prematur mengingat bahwa reformasi politik belum sepenuhnya terkonsolidasi di Myanmar.

Terakhir, konflik sektarian antara Buddhis-Rakhine dengan Muslim-Rohingya di bagian barat Myanmar menewaskan 89 orang, sementara ribuan orang lainnya mengungsi.

Seorang pejabat pemerintahan Obama mengatakan bahwa Presiden Amerika itu akan menyampaikan keprihatinan mengenai kekerasan etnik dan masalah hak asasi manusia yang masih terjadi di Myanmar selama kunjungannya ke negara itu.

Dorong Demokratisasi

Kunjungan ke Myanmar, akan memberi kesempatan kepada Presiden Obama untuk bertemu Thein Sein dan pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi untuk mendorong transisi demokrasi yang sedang berlangsung di negara itu, kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney.

Kehadiran Obama di Myanmar yang juga dikenal dengan sebutan Birma, ingin menunjukkan hasil pencapaian politik luar negeri selama periode pertama dan perkembangan yang bisa membantu melawan pengaruh Cina, di kawasan yang dianggap penting secara strategis.

Washington mendapat pujian atas kebijakan carrot-and-stick approach yang telah mendorong Myanmar secara umum, menuju perubahan demokratis dan membuat Thein Sein masuk ke dalam kekuasaan sebagai seorang presiden reformis pada tahun 2011.

AB/VLZ (afp, rtr)