1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

191010 UN Artenschutzkonferenz

25 Oktober 2010

Orang tidak boleh menebang dahan yang sedang didudukinya, demikian sebuah peribahasa Jerman. Tapi justru itulah yang dilakukan manusia dengan alam tempat tinggalnya.

https://p.dw.com/p/PjKB
Orangutan, salah satu hewan yang terancam punahFoto: AP

"Masyarakat internasional sudah menetapkan sasaran menghentikan punahnya keragaman hayati sampai tahun 2010. Sasaran ini tidak tercapai. Kami tahu bagaimana harus melakukannya. Tapi kepunahan yang terjadi masih dramatis. Hutan-hutan alami musnah, sungai alami dan bersih berkurang dan punahnya spesies-spesies dalam ruang hidupnya juga terus berlangsung." Demikian kesimpulan Dr. Elsa Nickel dari Kementerian Lingkungan Jerman mengenai situasi global.

Kini tidak ada yang perlu ditutup-tutupi jika menyangkut perlindungan spesies dan alam. Setiap hari sumber daya alam dieksploitasi yang volumenya sama dengan 112 gedung Empire State. Sepertiga spesies flora dan fauna terancam. Setiap harinya 130 spesies punah.

Pada konferensi perlindungan keragaman hayati internasional di Nagoya, Jepang, negara-negara penandatangan perjanjian ingin menepati janjinya dan menghentikan perkembangan yang oleh para ilmuwan disebut sebagai kepunahan spesies terbesar sejak punahnya dinosaurus 65 juta tahun lalu.

Menurut Manfred Niekisch, direktur kebun binatang Frankfurt dan anggota dewan penasihat masalah lingkungan, semua mengerti bahwa, "Dampak biaya jika kita tidak memutuskan untuk benar-benar menjaga kelestarian biodiversitas akan sangat tinggi. Dan itu tidak hanya akan sangat mahal melainkan tidak akan ada yang dapat mengembalikannya dengan uang seberapapun. Itu dapat terjadi misalnya dengan hilangnya kesuburan tanah yang saat ini tersedia bagi kita di dunia. Kehilangan ini tidak dapat begitu saja diperbaiki dengan mengatakan kita bayar saja itu dengan sejumlah uang Euro."

Konferensi itu bukan terlalu memfokuskan pada punahnya spesies-spesies tertentu. Seluruh ekosistem saat ini terancam dan punahnya masing-masing spesies merupakan pertanda akan hal itu. Oleh sebab itu solusinya bukan mendirikan kawasan perlindungan alam untuk memperpanjang kehidupan sejumlah spesies untuk beberapa tahun lebih lama.

Cagar alam bukan merupakan satu solusi, kata Direktur kebun binatang Frankfurt Niekisch, "Sekarang kawasan cagar alam tentu saja bukan penyelesaian perlindungan keragaman hayati, itu mungkin penopangnya tapi tidak lebih dari itu. Kita memerlukan upaya yang lain sama sekali, kita memerlukan perubahan sepenuhnya sistem pertanian dunia, politik perikanan dan itu terutama merupakan masalah politis. Itu bukan masalah ilmu pengetahuan alam."

Keinginan politik ingin dibuktikan negara-negara penandatangan perjanjian keragaman hayati di Nagoya. Di akhir konferensi 20 sasaran strategis untuk beberapa dekade mendatang akan ditetapkan. Apakah itu akan lebih berhasil dibanding keputusan sasaran menghentikan kepunahan spesies sampai tahun 2010 masih harus ditunggu. Namun dengan memandang pertemuan puncak iklim di Cancun, Meksiko, Desember mendatang, konferensi keragaman hayati PBB yang berlangsung sampai 29 Oktober di Nagoya itu berada di bawah tekanan besar.

Helle Jeppesen/Dyan Kostermans

Editor: Asril Ridwan