1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Upaya Mendirikan Masjid Indonesia di Jerman

15 Desember 2013

Mencoba memiliki masjid sendiri di Jerman. Tantangan apa saja yang yang harus bisa dilewati masyarakat muslim Indonesia di Jerman?

https://p.dw.com/p/1AZVY
Panitia Pendirian Masjid Frankfurt am MainFoto: Andi Fachri Abdillah

Mendirikan masjid di Jerman tidaklah mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi seperti masalah pendanaan dan perijinan. Memiliki masjid sendiri adalah mimpi yang sekarang sedang berusaha diraih oleh masyarakat muslim Indonesia (MMI)di Frankfurt.

“Jadi ini namanya total diplomasi…” kata Dr Ing Suhendra ketua panitia pendirian masjid Frankfurt. “ Kita ingin membuat promosi yang baik bagi bangsa Indonesia di Jerman” tambahnya.

Mengingat mahalnya biaya pendirian, masjid Indonesia Frankfurt ditargetkan akan mulai dibangun tahun 2019. Sebelum masjid ini berdiri, pada tahap awal akan dilakukan peyewaan gedung untuk menunjang kegiatan budaya dan keagamaan masyarakat Indonesia di Frakfurt.

Hambatan Birokrasi

“Saat ini sudah ada cukup dana untuk biaya sewa dan operasional selama satu tahun” kata Dr. Ing Suhendra. Ditambahkannya, meski dana sudah tersedia , tidak berarti dengan mudah bisa mendapatkan gedung yang bisa disewa. Dr. Ing Suhendra mengatakan “Sangat susah menemukan bangunan yang memenuhi syarat untuk dijadikan Masjid “. Ia menjelaskan lebih lanjut banyak bangunan yang meski posisinya strategis dan luasnya memadai tetap tidak memenuhi standar karena bangunan tersebut tidak memiliki jalan darurat yang biasa digunakan untuk menyelamatkan diri saat kebakaran.

Selain itu pencarian gedung juga banyak dihambat oleh perijinan. “Ada juga beberapa tempat yang tidak dibolehkan untuk berkumpul orang banyak karena tidak boleh oleh pemilik wohnung (bangunan)” kata Dr. Ing Suhendra. Hal ini bisa dipahami sebab di Jerman jika ingin mengadakan acara yang mengundang keramaian harus memenuhi prosedur-prosedur yang ada. Dan memastikan bahwa acara tersebut tidak akan mengganggu warga sekitar.

Nantinya Masjid Indonesia di Frankfurt ini tak hanya akan digunaknan untuk kepentingan umat muslim dan urusan keagamaan saja. Tapi juga sebagai tempat untuk mengajarkan bahasa Indonesia khususnya bagi anak-anak Indonesia yang lahir di Jerman juga masyarakat Jerman yang ingin mengerti dan memahami budaya Indonesia.

Selain itu tempat ini nantinya juga boleh dimanfaatkan oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan Indonesia lainnya untuk dijadikan tempat pelaksanaan berbagai macam kegiatan seperti latihan tari, training character building, kursus memasak dan perpustakaan.

Dr. Ing. Suhendra
Dr. Ing. Suhendra, Ketua Panitia Pendirian Masjid FrankfurtFoto: A. Fachri Abdillah

Kesulitan Dana dan Perijinan

Belum ada masjid Indonesia di Jerman. Saat ini masyarakat Indonesia di Jerman hanya memiliki ruangan berstatus sewa yang disulap seperti masjid. Bangunan sewa yang berfungsi seperti masjid Indonesia ini hanya ada di lima kota yakni Berlin, Frankfurt am Main, Hamburg, München dan Bremen.

Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk bisa membangun masjid di Jerman. Pertama adalah kurangnya sumbangan. Dr Makky Sandra Jaya, ketua perkumpulan Masjid Indonesia Berlin mengatakan “Tantangan pertama adalah terkait jumlah perserta yang mengikuti program Dauerauftrag terbatas“. Dauerauftrag adalah program sumbangan rutin yang dipotong secara langsung dari rekening bank yang bersangkutan. Untuk mengatasi masalah ini warga muslim Indonesia di Berlin akan menempuh cara leasing atau melakukan pinjaman dari bank.

Menurut pendapat Dr. Makky orang tidak bisa membuat gedung dengan nama masjid karena perijinan untuk membuat itu memang sangat sulit dari pemerintah Jerman.

Gedung Masjid Bisa Tidak Efektif

Sementara itu Gery Vidjaja, perwakilan dari masjid Hamburg berpendapat membangun Mesjid di Jerman tidak sesulit yang dikira orang. “ Yang paling susah sebenarnya pengumpulan dana, dan pengisian program masjid, termasuk mempunyai Imam atau guru tetap dan pemeliharaan“ katanya.

Ketua perkumpulan masjid Indonesia di Hamburg, Donny Prihadana juga menekankan masalah efektifitas penggunaan masjid. “Kalo kita beli terus kita hanya pakai sabtu minggu atau cuma satu minggu saja tidak efektif sama sekali“.

Menanggapi masalah pendanaan Donny Prihadana mengajukan sebuah solusi. “Kalau memang Muslim Indonesia ingin punya masjid di Jerman, ya itu tadi istilahnya mungkin seperti arisan ya. Berlin kita bantu dulu, lalu nanti kita sama-sama lagi. Kalo kita jadi satu semua untuk dapetin 600.000 dalam satu tahun itu bisa“ katanya lebih lanjut.