1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Upaya Penyelamatan di Daerah Tsunami

17 Maret 2011

Saat mata dunia terpaku pada ancaman nuklir dari instalasi Fukushima I, sejumlah besar warga Jepang menderita akibat gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan rumah serta infrastruktur.

https://p.dw.com/p/10bC4
Foto: dapd

Cuaca buruk dan salju yang turun menyebabkan bertambahnya kesulitan bagi tim penolong untuk memberikan bantuan di daerah yang rusak berat akibat gempa bumi dan tsunami, di Jepang timur laut. Suhu dingin dan salju tebal kini menutupi reruntuhan bangunan dan es menutupi jalan-jalan yang rusak.

Setengah juta pengungsi berjuang melawan hawa dingin, sementara para penolong menyatakan kekhawatiran bahwa mereka dalam waktu dekat tidak dapat menjalankan tugas lagi di daerah tersebut. "Kami khawatir karena es menutupi jalan-jalan," demikian dikatakan seorang anggota tim penolong dari AS, Dave Stone kepada kantor berita AFP di kota Ofunato yang rusak berat. Masalah lain yang menimbulkan kekhawatiran adalah beratnya salju yang menumpuk semakin tinggi di atap gedung-gedung.

NO FLASH Japan Erdbeben Tsunami
Daerah Onagawa, Miyagi yang rata dengan tanah akibat tsunami (13/03)Foto: picture alliance/dpa

Energi Terbatas

Saat ini saja tim penolong telah bekerja dengan energi yang terbatas, demikian halnya dengan gas dan air. Di samping itu komunikasi ke daerah lain sangat sulit, dan kini daerah timur laut Jepang menghadapi kemungkinan terputus sepenuhnya dari jalur pasokan akibat cuaca buruk. Penglihatan sangat terganggu karena turunnya salju, dan sejumlah tim penolong telah ditarik kembali Kamis kemarin (17/03), akibat kekhawatiran tidak dapat kembali ke pos mereka karena salju dan es.

Menurut keterangan PBB, salju, hujan dan cuaca yang sangat dingin menambah gentingnya situasi dan menyulitkan upaya pemberian bantuan yang juga terganggu akibat sejumlah gempa susulan. PBB juga menyatakan kekhawatiran bagi mereka yang sama sekali belum terjangkau tim penolong serta setengah juta orang yang sekarang tinggal di tempat-tempat penampungan. Banyak dari mereka tidak mempunyai pakaian yang cukup melindungi dari udara dingin, dan pemanas ruangan sangat kurang. Menurut ramalan cuaca, suhu dingin masih akan berlangsung hingga akhir pekan ini.

Situasi Mengkhawatirkan

Japan Erdbeben Tsunami Atomreaktor
Seorang pria menangis di dekat jenasah istrinya, di daerah Onagawa (17/03)Foto: AP

Pemerintah terpaksa mengambil lebih banyak bahan bakar dari persediaan, untuk menutupi kebutuhan warga. Namun pemerintah juga memberikan peringatan bahwa banyak daerah akan terputus dari aliran listrik jika warga tidak berusaha menghemat energi.

Kekhawatiran terutama timbul mengingat sejumlah besar anak dan warga berusia lanjut berada di banyak tempat penampungan. Terutama bagi mereka yang tidur di lantai, di sekolah-sekolah dan gedung lainnya yang menjadi pusat penampungan, di mana influensa dan infeksi dapat menyebar dengan cepat.

Steve McDonald dari organisasi Save the Children memperkirakan, bencana gempa dan Tsunami telah menyebabkan 100.000 anak kehilangan tempat tinggal. Menurutnya, bayi paling rentan karena badan mereka kecil, dan suhu tubuh mereka dapat menurun cepat jika berada di suhu dingin.

Pertolongan Medis

Japan Katastrophe Kaiser Akihito Fernsehansprache
Kaisar Akihito ketika berbicara kepada rakyat lewat siaran televisi (16/03)Foto: AP

Sebagian besar apotek di daerah itu rusak atau terbawa arus tsunami. Ini menambah sulitnya situasi di rumah sakit, yang didatangi ribuan orang yang membutuhkan obat. Moriwaki Moridasa, kepala rumah sakit di Kesennuma mengatakan, sejumlah warga lanjut usia masih berada di tempat penampungan dan tidak dapat dipindahkan ke rumah sakit. Di samping itu, rumah sakit juga terputus dari aliran listrik. Menurutnya, rumah sakit harus mendapat prioritas agar dapat menyelamatkan nyawa.

Gempa bumi dan tsunami yang terjadi Jumat 11 Maret lalu menghantam daerah yang sejumlah besar warganya sudah lanjut usia. Banyak rumah jompo berada di dekat pantai. Misalnya Minami Sanriku di daerah Miyagi yang hanya berjarak 10 meter dari tepi pantai. Kamis kemarin polisi mengatakan, jumlah korban tewas dan yang masih dinyatakan hilang sekarang hampir mencapai 15.000 orang.

afp/dpa/Marjory Linardy

Editor: Ayu Purwaningsih