1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Upaya Uni Eropa untuk Batasi Pengungsi

9 Maret 2012

Kritik terhadap Yunani tidak hanya terkait krisis hutang, tapi juga karena dipandang kurang menjaga kawasan perbatasan luar Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/14INC
Festung Europa - Flüchtlingspolitik in der EU ARCHIV - Rund 200 Flüchtlinge sitzen am Strand von Kato Zacro auf der griechischen Insel Kreta (Archivfotov om 06.12.2007). Sie waren von der Küstenwache von Bord eines kleinen Motorschiffs geholt worden. Menschenrechtler und Europa-Abgeordnete kritisieren seit Monaten unmenschliche Verhältnisse in griechischen Aufnahmelagern. Zudem wurde den Griechen vorgeworfen, mit gefährlichen Manövern wiederholt Flüchtlingsboote zum Kentern gebracht zu haben. Ausserdem untersuche das Land die Anträge von Asylsuchenden nicht gründlich genug und weise Flüchtlinge im Schnellverfahren aus. Foto: Stefanos Rapanis (zu dpa-Korr. "Griechenland wächst der Flüchtlingsstrom über den Kopf" vom 06.12.2007) +++(c) dpa - Bildfunk+++
Pengungsi di YunaniFoto: dpa

Arus pengungsi dari kawasan Arab dan negara-negara Afrika ke Yunani tidak kunjung putus. Kamp penampungan pengungsi membludak. Para pengungsi ditempatkan di penampungan darurat atau hidup di pinggir jalan. Pihak berwenang Yunani benar-benar kerepotan. Proses pengurusan suaka berjalan tersendat-sendat. Banyak pengungsi meninggalkan Yunani dan pergi ke negara-negara Uni Eropa lainnya. Dan inilah yang akan dihentikan, menurut keterangan Kementerian Dalam Negeri Jerman, Austria, Swedia, Belgia, Perancis, Inggris dan Belanda. Namun jika meminta isolasi ketat perbatasan Yunani guna mengatasi pengungsi, ini hampir seperti pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

Hak suaka sudah berlaku di lautan

Hendrik Cremer, pakar pada Pusat Kajian Jerman untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, "secara umum ditarik asumsi bahwa orang-orang tidak mencari perlindungan dari pelanggaran hak asasi manusia yang masif, tanpa pernah mengkaji hak-hak suaka atau menjamin hak untuk dilindungi meskipun itu justru adalah haknya. Dan ini tidak hanya berlaku saat mereka sudah berada di daratan, melainkan juga sudah sejak berada di lautan

Praktek-praktek yang biasa dilakukan oleh negara-negara Uni Eropa yakni mencekal perahu pengungsi di perairan internasional dan kemudian membawanya ke negara asal atau negara-negara yang bersedia menerimanya, melanggar pasal 3 Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa. Peraturan itu menetapkan larangan memulangkan orang-orang ke negara dimana mereka terancam dianiaya atau mengalami tindakan tidak manusiawi. Hal ini juga diperhatikan di perbatasan luar Uni Eropa, ditekankan Cremer. "Untuk negara-negara Uni Eropa tidak ada kemungkinan untuk mengatakan, kalian tidak boleh masuk ke sini.“

Illegale Flüchtlinge landen in einem kleinen Boot in Arona auf Teneriffa (Archivfoto vom 04.03.2006). Die Überfahrt über das Mittelmeer ist seit langem kaum noch möglich, weil die Spanier ihre Küste mit einem elektronischen Überwachungssystem abgeschottet haben. Da bleiben im westlichen Afrika eigentlich nur noch die Kanaren als Schlupfloch nach Europa übrig. Schon seit Jahren hatten Menschenschieber von Marokko aus Überfahrten zu den Inseln Fuerteventura oder Lanzarote organisiert, die dem afrikanischen Kontinent am nächsten sind. Mittlerweile gehen jedoch die Marokkaner auch an der Küste verstärkt gegen Schieberbanden vor, so dass diese weiter nach Süden ausweichen und ihre Boote aus der Westsahara oder gar aus Mauretanien zu den lebensgefährlichen Reisen auslaufen lassen. EPA/Desiree Martin (zu dpa-KORR." Tod im Atlantik - Das vergessene Flüchtlingsdrama bei den Kanaren") +++(c) dpa - Bildfunk+++
Pengungsi ilegalFoto: picture-alliance/ dpa/dpaweb

Dublin II dan Schengen

Di dalam Uni Eropa berlaku peraturan bahwa negara yang menjadi tujuan pengungsi juga bertanggung jawab untuk proses suakanya. Hal ini diatur dalam peraturan yang disebut Perjanjian Dublin II. Negara-negara Uni Eropa seperti misalnya Yunani, yang berada di kawasan pantai dan oleh karenanya lebih mudah dicapai pengungsi, jelas jauh lebih banyak memiliki pemohon suaka dibanding negara-negara di kawasan dalam Uni Eropa.

Greek police officers patrol near the northeastern city of Orestiada, at the Greek-Turkish borders, on 05 November 2010. A contingent of border police sent by Frontex, the European agency for guarding the EU's external borders, arrived in Greece in order to assist efforts to stem the tide of illegal migrants entering the EU via the Greek-Turkish land border. Greece had requested assistance from the EU border policing agency some days ago in order to tackle increased pressure from illegal migration along its borders with Turkey. EPA/NIKOS ARVANITIDIS +++(c) dpa - Bildfunk+++
Polisi Yunani yang tergabung dalam polisi pengawas perbatasan UE FrontexFoto: picture alliance / dpa

Hendrik Cremer dari Pusat kajian Jerman untuk HAM berpendapat peluang solusi untuk itu adalah “bahwa di dalam Uni Eropa ada pembagian, berupa peringanan beban bagi negara-negara di kawasan pantai.” Namun untuk itu perlu adanya perubahan Perjanjian Dublin II.

Cremer juga memandang kritis perlindungan lebih ketat di kawasan perbatasan dalam Uni Eropa, misalnya dengan diluncurkannya kembali pengawasan perbatasan di kawasan Schengen. Karena setiap negara Uni Eropa yang di perbatasannya seorang pengungsi meminta permohonan suaka, memiliki kewajiban mengkaji permohonan suaka itu sepenuhnya. Penolakan memasuki negara di dalam Uni Eropa yang menjadi tujuan suaka, dilarang. Dalam kasus Yunani, Cremer juga mengkritik bahwa di sana ada bahaya tindakan tidak manusiawi dan tidak adanya proses permohonan suaka yang pasti.“

Solidaritas Dapat Menjadi Solusi

Solidaritas lebih besar dari negara-negara Uni Eropa dipandang sebagai hal yang penting oleh Karl Kopp, dari Organisasi Pro Asyl. Ia mengkritik bahwa Yunani yang kebanjiran pengungsi dibiarkan sendirian. Yang lebih bermanfaat adalah menciptakan sistem perlindungan bersama di Eropa, dengan syarat penerimaan yang lebih manusiawi, yang harus dilakukan secara mengikat, yang setidaknya hampir sama di seluruh Eropa.

FILE - A photograph made available on 21 August 2009, shows under-age illegal immigrants shouting slogans and holding banners reading " we want freedom we don't want food", as they protest against their detention conditions at a center for illegal immigrants, at the island of Lesvos, Greece, 20 August 2009. Greece has asked the European Union for help to stem the growing tide of illegal immigrants. A rapid intervention team from EU border agency Frontex will be deployed to the border, acting under Greek authority, EU Home Affairs Commissioner Cecilia Malmstrom said Sunday, October 24, 2010 in Brussels. EPA/STR BEST QUALITY AVAILABLE +++(c) dpa - Bildfunk+++
Pengungsi ilegal di kamp penampungan Pulau Lesvos, YunaniFoto: picture alliance/dpa

Karl Kopp melihat tidak ada peluang mengatasi secara efektif puluhan ribu pengungsi yang menjadi tunawisma, seperti yang saat ini terjadi di selatan Eropa. Menurut perkiraan anggota organisasi Pro Asyl Kopp, ditinjau dari tingginya konflik politik di dunia, jumlah pengungsi ke Uni Eropa sangat rendah.

Beatrix Beuthner/Dyan Kostermans

Editor: Renata Permadi