1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

160610 Kirgistan Vermittlung

17 Juni 2010

Meski situasi di Kirgistan tampak mereda - saat ini belum bisa dikatakan bahwa negara itu kembali tenang. Rabu malam (16/06),masih terjadi bentrokan bersenjata antara kelompok Usbek dan Kirgis di selatan krigistan.

https://p.dw.com/p/NtKf
Bantuan berupa bahan pangan sudah mengalir ke KirgistanFoto: AP

Pemerintah sementara di Bishkek kuatir, konflik akan merambah ke ibukota dan kawasan selatan Krigistan. Wakil Perdana Menteri Almasbek Atambayev menjelaskan kebijakan yang akan diambil pemerintah untuk mengantisipasi hal ini, "Kami meminta penduduk di kawasan yang terkena imbas untuk menunjukkan pengertian bagi aksi kami. Pemerintah memperketat pengawasan, ribuan relawan akan berpatroli 24 jam untuk menjaga keamanan publik."

Presiden sementara, Rosa Otunbayeva, yakin, pendahulunya Presiden Kurmanbek Bakiyev lah yang bertanggung jawab atas bentrokan antar warga Usbek dan Kirgis. "Saya sama sekali tidak ragu, Bakiyev yang mendalangi bentrokan ini. Kami tidak mengada-ada. Apa yang terjadi di sini didanai oleh klan keluarga Bakiyev."

Sementara itu, upaya diplomat asing untuk mendorong stabilisasi Kirgistan terus digiatkan. Upaya ini menentukan nasib sekitar 275.000 pengungsi. Sebagian berada di daerah perbatasan Kirgistan, sebagian lagi ditampung di negara tetangga, Usbekistan. Diplomat Amerika serikat Robert Blake berkunjung ke kawasan krisis untuk memeriksa bantuan apa saja yang dibutuhkan para pengungsi. Jumat (18/06), Robert Blake bertemu wakil pemerintahan sementara di Bishkek.

Rabu (16/06), Komisi Uni Eropa menjanjikan dana lima juta Euro hari untuk membantu para korban kekerasan di Kirgistan. Amerika Serikat menyalurkan bantuan berupa pakaian dan peralatan medis yang bernilai satu juta Dollar. Rusia mengirimkan 130 ton bahan makanan ke ibukota Kirgistan. Sebenarnya, tak hanya Kirgistan yang butuh bantuan internasioanl. Usbekistan kewalahan menghadapi arus mengungsi yang terus mengalir dari Kirgistan.

Pemerintah Kirgistan tetap mengharapkan dukungan militer Rusia untuk menyelesaikan konflik. Sampai saat ini belum jelas, apakah Moskow akan mengirimkan pasukan perdamaian dalam rangka Perjanjian Tahskent yang mengatur tentang pertahanan bersama di sejumlah negara bekas Uni Soviet. Moskow kuatir akan terlibat konflik berkepanjangan, demikian menurut jurnalis Michail Sygar.

Menurut Michail Sygar, krisis Kirgistan membuktikan kelemahan Perjanjian Tashkent. Pakta Pertahanan Timur ini antara lain beranggota Rusia, Usbekistan, Armenia dan Kirgistan.

Stephan Laack/Ziphora Robina
Editor: Hendra Pasuhuk