1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

VPI: Kasus Ahok Lebih Kental Nuansa Politis Ketimbang Hukum

14 Desember 2016

Vox Point Indonesia (VPI)) menilai kasus dugaan penistaan agama dengan tertuduh Basuki Tjahja Purnama (Ahok), lebih kental dengan nuansa politik dibanding persoalan hukum.

https://p.dw.com/p/2UFVR
Indonesien Blasphemie Prozess Basuki Tjahaja Purnama
Foto: picture-alliance/dpa/T. Syuflana

"Kita telah melihat kenyataannya masalah hukum dicampuradukan dengan masalah politik dalam kasus Ahok, bahkan lebih kental unsur politisnya. Hal ini kita sayangkan," ujar direktur VPI, Handoyo Budhisedjati dalam konferensi pers terkait "Polling Pilkada DKI Jakarta oleh VPI" di Jakarta Pusat, Selasa (13/12) malam, demikian dikutip dari jakartaglobe.id.

Gubernur Jakarta non-aktif,  Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama menghadiri persidangan perdana kasus dugaan penistaan agama, hari  Selasa (13/12). Sidang selanjutnya dijadwalkan tanggal  20 Desember, di mana jaksa akan menanggapi keberatan yang telah disampaikan Ahok.

Handoyo Budhisedjati menambahkan,"Lembaga kami independen dan netral dalam mencermati pilkada Jakarta. Namun, kami menyayangkan apa yang terjadi pada Ahok telah menjadi perhatian serius VPI. Pasalnya, kami mencermati ada upaya dari pihak-pihak tertentu yang ingin mencoba menjegal dia untuk mengikuti pilkada." Ahok merupakan salah satu calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta yang siap bertarung di ajang Pilgub DKI, 15 Februari 2017.

Jajak pendapat VPI: Ahok-Djarot terdepan

Seperi dilansir dari jakartaglobe.id, dalam survei yang dilakukan VPI antara 8 November dan 8 Desember 2016,  80 persen responden menyatakan akan memilih gubernur petahana. Peringkat kedua ditempati pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dengan 12 persen dan posisi terakhir ditempati  Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni dengan 8 persen.

"Ini hasil poling internal kami, dan sangat berbeda dengan hasil survei beberapa lembaga survei, tetapi kami bisa pertanggungjawabkan," ujar Handoyo.

VPI membagikan kuesioner secara merata di seluruh wilayah DKI Jakarta. Dari 400 kuesioner yang disebar, 258 di antaranya kembali ke tim VPI. 82 persen responden mengetahui bahwa Pilkada diselenggarakan pada 15 Februari 2017, sedangkan 18 persen responden menyatakan tidak tahu.

"Sekitar 97 persen responden mengetahui adanya tiga pasangan calon yang masuk dalam pilkada DKI Jakarta: Agus-Sylviana, Ahok-Djarot dan Anies-Sandi. Hanya 3 persen yang tidak tahu. Mayoritas memilih Ahok-Djarot karena kinerjanya sudah  terbukti, orangnya tegas, jujur, dan disiplin dan rekam jejaknya berprestasi," ungkap VPI.

VPI berharap, Pilkada DKI Jakarta menjadi barometer pemilu yang menjunjung tinggi sportivitas, pertarungan ide, gagasan, program dan visi-misi para kandidat. Pilkada DKI Jakarta, menurut VPI, harus dijauhkan dari politisasi isu-isu suku, agama, ras dan etnis (SARA).

Survei lain tunjukkan ingin gubernur baru

Sementara survei lain menunjukkan hasil berbeda. Dilansir dari detik.com, survei dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI pimpinan Denny JA) menunjukkan 61,3 persen responden  menginginkan guberrnur baru. Survei dilakukan pada tanggal 1-6 Desember 2016 di Jakarta. terhadap 440 responden. Responden dipilih dengan menggunakan metode multistage random sampling. Sedangkan margin of error dalam survei ini plus minus 4.8%.sebesar 47.

Jika dipecah lagi angka responden yang menginginkan gubernur baru, 60 persennya mendukung Agus Yudhoyono-Sylviana Murni, dan 34.80 persen mendukung Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Namun, dalam survei LSI, elektabilitas Ahok untuk pertama kalinya naik. Jika November elektabilitas Ahok 10,6 persen, di survei Desember menjadi 27,1 persen atau naik  sebesar 14,5 persen. 

ap/as (jakartaglobe.id,beitasatu,detik)