1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Walikota Bogor: Program Kita Fokus Pada Lingkungan Hidup

6 Desember 2017

Bogor dahulu dikenal sebagai kota hijau. Walau sekarang lebih dikenal sebagai kota sejuta angkot, Bogor tetap menjadi bagian lingkungan yang vital terutama bagi Ibukota Jakarta.

https://p.dw.com/p/2oqMX
Indonesien Bima Arya, Bürgermeister von Bogor
Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto.Foto: Bogor City Government

Bogor dahulu dikenal sebagai kota hijau. Walau sekarang lebih dikenal sebagai kota sejuta angkot, Bogor tetap menjadi bagian lingkungan yang vital terutama bagi Ibukota Jakarta. Pasalnya banjir yang terjadi di Jakarta kerap disebabkan besarnya volume air hujan yang teraliri dari Bogor.

Maka dari itu Pemerintah Kota Bogor harus menyiapkan kotanya memiliki tanah dengan daya serap air yang tinggi. Selain itu kolam retensi juga dibuat agar volume air hujan yang besar tidak manegalir dan membanjiri ibukota. Namun apakah langkah-langkah tersebut sudah cukup untuk menjaga lingkungan Bogor dan daerah sekitarnya? Walikota Bogor Bima Arya sugiarto berbincang dengan reporter DW, Ayu Purwaningsih mengenai hal tersebut.

DW: Bogor termasuk salah satu kota yang diperhitungkan untuk tata lingkungan yang cukup baik, mungkin anda bisa menjelaskan lebih lanjut apa saja pencapaiannya dalam perlindungan iklim atau lingkungan?

Bima Arya Sugiarto: Bogor sebenarnya sudah punya sejarah sebagai kota hijau dan kita sejak beberapa tahun terakhir juga fokus untuk konsisten pada program-program lingkungan hidup. Kita memiliki prioritas-prioritas terkait dengan hal itu. Seperti pertama memperbaiki tata kota, sehingga tidak berpusat semuanya di pusat kota, sehingga ada kebijakan zonasi. Kedua melakukan perbaikan pada pengelolaan sampah mulai dari hulu. Jadi sampah itu dikelola sedini mungkin di hulu dengan dipilah dan dipilih. Mengenalkan konsep reuse, reduce, dan recycle, juga mendirikan bank sampah di tingkat warga.

Kemudian ketiga kita juga memperbanyak dan memperbaiki fasilitas-fasilitas publik seperti taman dan jalur pedestrian. Membuat warga lebih tertarik untuk menggunakan transportasi publik. Bergerak dan berjalan kaki daripada menggunakan mobil pribadi. Dan kita juga mengenalkan beberapa kebijakan seperti car free day, juga kebijakan hari jumat tanpa kendaraan bermotor bagi pegawai negeri. Itu adalah kebijakan-kebijakan kita yang tidak semuanya memerlukan dana besar. Kita banyak dibantu juga oleh komunitas-komunitas yang ada di kota bogor dan Corporate Social Responsibility pihak swasta.

DW: Bagaimana dengan masalah banjir di Kota Bogor?

Bima Arya Sugiarto: Bogor dialiri dua sungai besar yaitu Ciliwung dan Cisadane. Ada program-program yang tujuannya untuk penataan kawasan sungai bekerjasama dengan Komunitas Peduli Ciliwung. Kemudian kita juga melakukan edukasi bagi warga yang ada di daerah sungai agar tidak membuang sampah sembarangan. Kita melakukan penanaman pohon-pohon, membuat lubang biopori, supaya serapan air maksimal. Juga membuat kolam retensi serta sumur resapan. Kita merawat pohon dan tanaman yang ada agar bisa maksimal menambah kualitas ruang terbuka hijau di Kota Bogor.

DW: Bagaimana pencapaiannya di permasalahan banjir tersebut?

Bima Arya Sugiarto: Di Bogor, banjir bukan merupakan masalah yang serius, tetapi yang menjadi persoalan adalah bagaimana kita mengurangi volume air agar tidak mengalir ke Jakarta. Makanya kita bangun kolam retensi dan sumur resapan. Kalau di Bogor banjir biasa disebabkan karena saluran air yang tersumbat atau sistem drainase.

yp/rzn