1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Jerman Enggan Menyumbang bagi Pakistan

13 Agustus 2010

Jerman lipatgandakan bantuan daruratnya, dari lima menjadi sepuluh juta Euro, atas seruan Sekjen PBB Ban Ki Moon. Tetapi organisasi bantuan keluhkan keenganan warga memberikan sumbangan.

https://p.dw.com/p/Omrl
Helikopter militer Amerika Serikat mengangkut bantuan bagi korban banjir di Lembah SwatFoto: picture-alliance/dpa

Biasanya orang Jerman senang memberikan sumbangan, baik bagi korban Tsunami di Samudera Hindia maupun korban gempa bumi di Haiti. Dalam waktu singkat dana bantuan jutaan Euro selalu terkumpul dan segera dapat dikucurkan. Tetapi kali ini sumbangan ibaratnya hanya menetes. Organisasi bantuan Oxfam cabang Jerman sampai sekarang hanya mengumpulkan beberapa ribu Euro, demikian dikatakan ketuanya Ralf Bendix.

DOSSIER Flut in Pakistan August 2010 Teil 2
Seorang warga desa di dekat Basera menggendong ibunya untuk mengungsi dari banjir (11/08)Foto: AP

Bendix menguraikan, "Perbedaan mendasarnya adalah, sampai sekarang dilaporkan hanya sekitar 1.600 orang tewas, sementara akibat bencana-bencana yang lalu, tewas sekaligus ratusan ribu orang atau bahkan lebih. Juga tampak jelas bahwa masyarakat umum dan pemerintah otomatis memberikan perhatian jika jumlah korban tewas sangat banyak. Dibanding jika hanya mendengar peringatan seperti yang kami berikan sekarang, bahwa sangat banyak orang akan meninggal, jika tidak ada bantuan."

Alasan Lain

Jurubicara Palang Merah Jerman, Svenja Koch memberikan penjelasan lain bagi keengganan orang Jerman kali ini untuk menyumbang. Yaitu, kebanyakan orang Jerman mengasosiasikan Pakistan dengan kerusuhan, pertempuran dan kekerasan. Ia mengatakan lebih lanjut, di Pakistan terjadi banyak bencana akibat kesalahan manusia. Dalam hal ini penyumbang selalu enggan memberikan bantuan, demikian keterangan jurubicara Palang Merah Jerman tersebut.

Klaus Töpfer
Klaus Töpfer, wakil ketua organisasi bantuan Jerman, WelthungerhilfeFoto: picture-alliance/ ZB

Banyak penyumbang khawatir, akibat korupsi dan besarnya peranan organisasi radikal Islam di Pakistan, bantuan yang mereka berikan tidak sampai pada orang-orang yang membutuhkan. Mantan ketua Program Lingkungan PBB, UNEP, Klaus Töpfer, yang sekarang menjadi wakil ketua organisasi bantuan Jerman "Deutsche Welthungerhilfe", berusaha menghalau kekhawatiran penyumbang tersebut.

Ia memberikan jaminan engan mengatakan, "Organisasi bantuan selalu bergerak sangat cepat dan langsung bertindak, jika lokasi bencana dapat segera dijangkau. Di sana ada organisasi bantuan Diakonie, yang sudah sangat aktif. Caritas juga ada, Welthungerhilfe ikut dalam aliansi yang memiliki mitra di Pakistan. Mereka semua bekerjasama dengan badan-badan yang ada di sana.“ Dan para pekerjanya, itu ditekankan Töpfer, adalah sukarelawan dan benar-benar hanya ingin memberikan bantuan.

Musim Panas Penuh Bencana

Dossierbild 3 Pakistan Überschwemmung
Sejumlah ibu Pakistan menunjukkan kartu tanda pengenal untuk mendapat bantuan.Foto: AP

Svenja Koch dari Palang Merah Jerman juga menyebutkan alasan lain yang melatarbelakangi keraguan memberikan sumbangan. Pertengahan tahun ini rakyat Jerman kerap melihat bencana terjadi di dunia. Mulai dari burung-burung laut yang terlumuri minyak di Teluk Meksiko, kematian 21 orang dalam Love Parade di kota Duisburg, banjir di negara bagian Sachsen, juga kebakaran hutan besar-besaran di Rusia.

Palang Merah berterimakasih kepada orang-orang yang tidak menutup mata dan menyumbang bagi korban banjir di Pakistan. Jurubicaranya optimis, bahwa warga masih akan terus menyumbang, sehingga organisasi pertolongan itu dapat memperluas bantuannya. Sikap optimis ini juga dinyatakan Ralf Bendix dari organisasi Oxfam. Ia berharap, seperti pemerintah Jerman yang segera melipatgandakan bantuannya, pemerintah negara-negara lain juga akan mengambil langkah sama. Sehingga apa yang dikhawatirkan, tidak akan terjadi di Pakistan.

Peter Stützle/Marjory Linardy

Editor: Hendra Pasuhuk