1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Libyen Proteste

Andriani Nangoy20 Februari 2011

Kembali ratusan demonstran di Libya turun ke jalan berdemonstrasi menentang rezim pemerintah Muammar Khadafi yang telah berkuasa selama 42 tahun di Libya.

https://p.dw.com/p/10Knm
Pemimpin rezim Libya, Muammar KhadafiFoto: AP

Hari Minggu (20/2) ratusan demonstran berkumpul di depan gedung pengadilan di kota terbesar kedua Libya, Benghazi untuk berunjuk rasa. Mereka menuntut pemimpin Libya, Muammar Khadafi yang telah berkuasa selama 42 tahun untuk mundur dari jabatannya.

Ketika menghadiri upacara pemakaman korban tewas, yang digelar di sebuah lapangan di kota Benghazi Sabtu lalu (19/2), pasukan khusus militer menembak mati sedikitnya 20 warga dan 25 lainnya mengalami luka-luka berat.

Pro Gaddafi Protest Libyen
Aksi protes pendukung Khadafi di ibukota Tripolis, LibyaFoto: dapd

Pasukan khusus yang dipimpin oleh komandan Chamies Khadafi, salah satu putra Muammar Khadafi, juga menggunakan kekerasan dengan brutal terhadap penentang rezim yang berdemonstrasi di berbagai kota Libya timur. Di Benghazi, penduduk sejumlah bagian kota tertentu melakukan penjagaan. Sejak itu polisi telah ditarik dari bagian kota itu.

Stasiun televisi Al Arabia mempublikasikan di situs internetnya, saat ini banyak kota di Libya dikuasai kaum penentang rezim. Al Arabia mengutip pernyataan saksi mata yang memberikan informasi terkait situasi di kota-kota itu lewat telefon.

Putra Muammar Khadafi lainnya, Al Saadi Khadafi, terlibat dalam pertikaian sengit. Setelah helikopternya mendarat di timur Lybia, ia nyaris menjadi korban massa yang mengamuk melihatnya. Tidak ada yang tahu dimana kini ia berada. Disebutkan, militer dikerahkan untuk menyelamatkan dan menyembunyikan putra Khadafi itu. Sementara helikopternya terbakar hangus.

Sejak aksi unjuk rasa anti pemerintah dimulai Selasa lalu (15/2) sedikitnya 104 orang tewas di Libya, demikian dilaporkan organisasi hak asasi manusia Human Rights Watch (HRW). Organisasi itu mengatakan, perkiraannya mungkin lebih rendah dari jumlah sebenarnya. Sedangkan pemerintah Libya mengatakan, angka itu berlebihan dan tidak sesuai dengan situasi yang ada. Secara resmi hingga kini jumlah korban tewas hanya mencapai 16 orang.

Pemerintah Libya dikatakan telah menahan puluhan anggota sebuah jaringan nasionalis Arab yang dituduh sengaja menggelar aksi demonstrasi untuk mengacaukan negara. Kantor berita Jana menulis, mereka ditahan di beberapa kota Libya dan merupakan anggota jaringan luar negeri yang dilatih untuk merusak stabilitas Libya, keamanan warganya serta persatuan nasional. Kantor berita Jana menyebutkan, anggota yang ditahan antara lain berasal dari Tunisia, Mesir, Sudan, Palestina, Suriah dan Turki. Diisukan, dinas rahasia Israel berada di balik aksi jaringan tersebut.

Saat ini, laporan yang datang dari Libya sulit dibuktikan kebenarannya karena pemerintah Libya tidak membolehkan wartawan asing masuk ke negara itu. Beberapa hari lalu wartawan asing diminta meninggalkan Libya. Saluran internet berulang kali diputus oleh pemerintah, yang menyensor informasi terkait peristiwa di Libya dan seruan demonstrasi yang dipublikasikan lewat facebook atau portal internet lainnya.

AN/EK/afpe/dpa/ap