1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

020811 Israel Wohnungsnot

2 Agustus 2011

Puluhan ribu warga Israel datang ke demonstrasi menentang harga sewa rumah yang tinggi akhir pekan lalu. Kemungkinan jumlahnya akan meningkat. Warga Tel Aviv juga menekan politisi setempat.

https://p.dw.com/p/129Vq
Warga Tel Aviv yang memprotes harga sewa rumah yang tinggi mendirikan tenda-tenda
Warga Tel Aviv yang memprotes harga sewa rumah yang tinggi mendirikan tenda-tendaFoto: picture alliance/Photoshot

Beratus-ratus warga Tel Aviv mengantri di depan aula rapat dewan kota. Mereka ingin melepaskan amarahnya terkait situasi rumah tinggal di sana. Hari Selasa (02/08) digelar rapat bulanan dewan kota dan Gubernur Tel Aviv Ron Huldai juga ikut serta dalam rapat ini.

Menurut Shai, seorang warga Tel Aviv, naiknya harga sewa rumah di Tel Aviv merupakan kesalahan gurbernurnya. "Ia ingin agar terutama yang dibangun adalah apartemen-apartemen mewah," ujar Shai. "Selain itu ia juga mengatakan, bahwa administrasi kota tidak harus melakukan apapun untuk mengatasi masalah tempat tinggal, karena menurutnya memang tidak ada masalah apapun."

Harga sewa rumah semakin melonjak dan tidak terjangkau warga biasa
Harga sewa rumah semakin melonjak dan tidak terjangkau warga biasaFoto: picture alliance/abaca

Shai juga datang ke rapat dewan kota setelah pemilu daerah terakhir. Tetapi waktu itu warga yang datang jumlahnya hanya sedikit dan di aulanya, mereka duduk di deretan paling belakang. Sekarang aulanya dipenuhi oleh 400 sampai 500 orang dan rapat dewan kota Tel Aviv kali ini berlangsung dengan sangat bergejolak.

Sewa rumah dua per tiga gaji sebulan

Di beberapa tahun terakhir, di Israel muncul gelombang ketidakpuasan yang sekarang pecah. Di Tel Aviv saja, sekitar 50 ribu warga, Sabtu (30/07), berdemonstrasi memprotes situasi ini. Kemungkinan jumlahnya akan meningkat akhir pekan ini.

Sekarang ini dengan pendapatan rata-rata per bulan sebesar 1600 euro atau sekitar 19 juta rupiah, seorang karyawan biasa tidak bisa lagi membayar uang sewa apartemen dengan tiga kamar di Tel Aviv. Karena apartemen semacam ini harganya bisa menelan dua pertiga gaji si karyawan.

Semua penyewa rumah juga terkena dampak lonjakan harga sewa rumah. Karena kebanyakan kontrak rumah hanya berlaku untuk setahun. Setelah itu harganya akan dinegosiasikan lagi, dan pemilik rumah sewaan di Israel bebas menentukan harga sewanya.

Yang juga memperburuk situasinya adalah, semakin sedikitnya rumah sewaan di Israel. Di beberapa tahun terakhir warga Israel lebih memilih membeli rumah jika mereka bisa membayarnya.Tetapi sekarang tidak ada lagi rumah yang harganya terjangkau, baik untuk disewa maupun untuk dibeli.

Koran Yedioth Achronot dalam halaman pertamanya, Senin (01/08), memberitakan tentang satu pasangan, yang ingin pindah ke luar negeri karena mereka tidak melihat masa depan di Israel. Ini merupakan hal yang mengejutkan, karena Israel sebenarnya melihat dirinya sebagai negara pendatang.

50 ribu warga di Tel Aviv berdemonstrasi
Puluhan ribu warga di Tel Aviv berdemonstrasi memprotes situasi yang tidak memuaskan iniFoto: dapd

Indah tapi mahal

Sementara itu situasi rapat di dewan kota Tel Aviv semakin memanas. Pemimpin rapat menyuruh beberapa pengunjung keluar dari aula. Yang ikut serta dalam protes di dewan kota ini bukan hanya mahasiswa dan karyawan-karyawan muda. Bella yang berusia 50 tahun juga ikut datang. Ia menuntut kembali diadakannya program rumah tinggal sosial, yaitu didirikannya rumah-rumah susun murah bagi penduduk yang tidak mampu.

Dan menurut Bella, gubernur Tel Aviv sekarang juga harus mengakui, bahwa dirinya harus melakukan sesuatu untuk mengatasi masalah ini. Bagi Bella "Tel Aviv adalah kota yang indah. Tetapi tidak ada yang mampu tinggal di sini."

Christian Wagner/Anggatira Gollmer
Editor: Hendra Pasuhuk