1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warisan Beradioaktif

28 April 2011

Perluasan radiasi radioaktif akibat bencana nuklir tidak dapat dihalangi batas-batas negara. Institusi global yang berwenang menangani tidak ada. Lagipula siapa yang menanggung biaya akibat radiasi radioaktif?

https://p.dw.com/p/115Vd
Pupils and teachers of the ecological gymnasium stand around candles lit to commemorate victims of the Chernobyl nuclear disaster in Minsk, Belarus, Monday, April 25, 2011. The blast on April 26, 1986, spewed a cloud of radioactive fallout over much of Europe and forced hundreds of thousands from their homes in the most heavily hit areas in Ukraine, Belarus and western Russia. The disaster did not become public knowledge for several days, because Soviet officials released no information until 72 hours after the accident. (AP Photo/Sergei Grits)
Upacara peringatan 25 tahun bencana ChernobylFoto: AP

550 juta Euro dijanjikan banyak negara untuk memperbaiki sarkofagus beton yang menutup reaktor Chernobyl, karena mulai rusak sejak beberapa tahun lalu. Keretakan tampak pada kubah yang berusia 25 tahun itu, dan radioaktif memancar keluar. Radiasinya sampai 100 kali lebih tinggi dari jumlah yang diperbolehkan. Demikian dikatakan pakar organisasi perlindungan lingkungan Greenpeace, Heinz Smital, "Itu tidak berasal dari tanah, melainkan langsung dari reaktor, langsung dari beton yang tebalnya sementer itu.“

Warisan Radioaktif

Warisan radioaktif Chernobyl akan tetap menjadi masalah dunia internasional sampai beberapa generasi mendatang. Sama halnya dengan dampak bencana Fukushima yang belum dapat diperkirakan sekarang. Dalam konferensi negara donor yang diadakan di ibukota Ukraina, Kiev baru-baru ini, pemerintah Ukraina berusaha mengumpulkan dana bagi program keamanan bagi daerah sekitar reaktor Chernobyl, yang memakan biaya 1,5 milyar Euro.

Russia's President Dmitry Medvedev poses for a photo with Vyacheslav Gryzunov, right, during a ceremony to award "liquidators", emergency workers who fought the blaze at the Chernobyl nuclear reactor, on the eve of the 25th anniversary of the disaster in Moscow's Kremlin, Monday, April 25, 2011. (AP Photo/Alexander Natruskin, Pool)
Presiden Rusia Dmitry Mevedev (kiri) berjabat tangan dengan Vyacheslav Gryzunov, salah seorang pekerja yang berusaha memadamkan api ketika ledakan terjadi di Chernobyl.Foto: AP

Jepang menolak memberikan sumbangan. Alasannya, biaya itu terlalu besar dan tidak terperinci, sementara Jepang sendiri harus mengatasi bencana nuklir. Negara-negara lain seperti Irlandia, Spanyol dan Kanada merujuk kepada situasi keuangan mereka, dan tidak bersedia memberikan jaminan keuangan.

Instansi internasional yang dapat meminta dana untuk meredam bahaya nuklir tidak ada. Langkah pengamanan kongkrit tetap harus ditanggung pemerintah negara, di mana bencana terjadi. Badan Tenaga Nuklir Internasional (IAEA) tidak punya wewenang untuk itu. Demikian dikatakan Wolfram Tonhauser, direktur bidang hukum nuklir dan internasional pada IAEA.

Tonhauser menambahkan, "Orang tidak boleh lupa, bahwa topik keamanan nuklir sampai saat ini diatasi dengan pandangan, bahwa itu adalah masalah nasional, dan bahwa tanggungjawab untuk keamanan nuklir ada ditangan setiap negara, bukan pada sebuah organisasi internasional. Dan sebenarnya, kesepakatan dan konvensi yang ada sekarang tentang keamanan nuklir juga berdasarkan pandangan ini.“

A man wearing a protective suit walks along a street in deserted town of Futaba, inside the 20-kilometer (12-mile) evacuation zone, in Fukushima Prefecture, Japan, Thursday, April 21, 2011. Japan declared the 20-kilometer (12-mile) area evacuated around its radiation-spewing nuclear power plant a no-go zone on Thursday, urging residents to abide by the order for their own safety or possibly face fines or detention. (Foto:Sergey Ponomarev/AP/dapd)
Kota Futaba yang termasuk wilayah 20km di sekitar reaktor nuklir Fukushima yang dikosongkan.Foto: dapd

Fungsi IAEA

Menurut asas pendiriannya, Badan Energi Atom Internasional berfungsi sebagai pendorong penggunaan energi nuklir untuk keperluan damai. Dalam kasus seperti Chernobyl atau Fukushima, IAEA juga tergantung pada informasi dari badan berwenang di setiap negara. Tetapi itu tidak cukup, demikian ditekankan Stefan Wenzel, anggota parlemen negara bagian Jerman Niedersachsen, dari Partai Hijau.

"Itu membuat saya sangat marah. Kita bukan hanya mengalaminya dulu di Rusia, bagaimana warga dan seluruh dunia tidak diberikan informasi, sekarang kita mengalaminya ladi di Jepang. Dan bagimana organisasi internasional seperti Organisasi Kesehatan WHO dan IAEA rupanya ikut mendorong permainan ini, atau tidak dikoreksi oleh Departemen Lingkungan Hidup Jerman atau pemerintah Jerman. Itu adalah sesuatu yang harus dituntut dengan jelas, harus dituntut di parlemen nasional, tetapi diskusi yang benar sampai sekarang sayangnya tidak ada,“ demikian Stefan Wenzel.

Instansi Internasional Yang Tepat

Keith Baverstock menjadi pekerja Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, setelah bencana Chernobyl terjadi. Kemudian ia memimpin kantor proyek yang mengurus koordinasi perlindungan bencana medis akibat kecelakaan nuklir di seluruh. Proyek itu kemudian ditutup tahun 2000. Sekarang, demikian dikatakan Keith Baverstock, tidak ada instansi internasional yang tepat untuk mengatasi dampak kecelakaan nuklir. Ia tidak percaya kepada organisasi PBB, seperti IAEA dan WHO. Bidang tanggungjawab di organisasi-organisasi internasional tersebut terlalu tidak jelas, demikian dikatakan ilmuwan dan pengkritik tenaga nuklir itu.

Buddhist monks chant sutras during their sit-in demanding the abolition of nuclear power plants in front of the prime minister's official residence in Tokyo Thursday, April 14, 2011. The operator of Japan's tsunami-flooded nuclear power complex in Fukushima, northeastern Japan, was seeking ways Thursday to pull damaged spent fuel rods out of a storage pool at one of its reactors, citing surging radiation and elevated temperatures as worrisome signs. (AP Photo/Koji Sasahara)
Beberapa biksu bersembayang dalam demonstrasi menentang penggunaan energi nuklir.Foto: AP

Keith Baverstock menjelaskan, "Saya pikir, kita butuh organisasi alternatif yang dapat mengambil alih tanggungjawab ini. Kita bisa menciptakannya. Kita sangat percaya pada pemerintah-pemerintah dan organisasi-organisasi PBB untuk masalah ini. Tetapi kita sebenarnya bisa mendirikan organisasi sendiri, yang bebas dari pemerintah, dan hanya berdasarkan kompetensi di bidang itu. Organisasi seperti itu akan punya kepercayaan sama, atau bahkan lebih dipercaya, daripada organisasi yang ada sekarang.“

Pertanyaan lain, yaitu masalah pendanaan atau ganti rugi untuk dampak bencana nuklir, tidak termasuk tema ini. Di Kiev, di mana konferensi pendanaan bagi perbaikan di Chernobyl sedang berlangsung, dana sebesar 550 juta Euro memang dijanjikan, terutama dari negara-negara industri maju anggota G-8. Tetapi sejauh ini belum ada yang membayarnya, padahal biaya untuk pembangunan sarkofagus baru saja sudah membutuhkan dana lebih dari satu milyar Euro. Di reaktor 4 sampai sekarang masih terdapat 180 ton bahan nuklir yang beradiasi sangat tinggi.

Helle Jeppesen / Marjory Linardy

Editor: Edith Koesoemawiria