1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Yingluck Terpilih Menjadi PM Perempuan Pertama Thailand

5 Agustus 2011

Jumat (05/08) Yingluck Shinawatra resmi dipilih parlemen sebagai PM perempuan pertama Thailand. Perempuan berusia 44 tahun ini diharap membawa stabilitas politik setelah lima tahun gejolak politik di Thailand

https://p.dw.com/p/12Bl5
Yingluck Shinawatra memberi salam secara Thai saat terpilih sebagai PM baruFoto: dapd

Yingluck Shinawatra terpilih sebagai perdana menteri ke-28 Thailand setelah partainya Puea Thai memenangkan pemilu parlemen 3 Juli lalu. Ia mendapat dukungan 296 suara dari jumlah total 500 suara di parlemen. Tuduhan di awal masa kampanye pemilu bahwa Yingluck tidak memiliki pengalaman politik justru menjadi keuntungan baginya. Yingluck tidak memiliki beban, ia lebih dipercaya daripada politisi lainnya dapat mengupayakan tercapainya perdamaian di Thailand. Menurut penilaian Yingluck sendiri, itu keuntungan dirinya sebagai seorang perempuan. “Karena perempuan lebih bersedia berkompromi dan dengan demikian lebih cepat dan lebih berhasil mencapai solusi damai.”

Dalam konflik panjang merah lawan kuning di Thailand, Yingluck diharapkan mampu mengatasi perpecahan antara kelompok elit kuning dengan kelompok merah yang sebagian besar merupakan penduduk desa dan pekerja yang miskin. Kelompok inilah yang mendukung kebijakan populis pada masa pemerintahan Thaksin Shinawatra antara tahun 2001-2006. Pada masa pemerintahan pendahulu Yingluck, Perdana Menteri Abhisit dari kelompok kuning, Mei tahun lalu kelompok merah melakukan aksi demonstrasi dengan mengepung kawasan bisnis di ibukota Bangkok. Lebih dari 90 orang tewas dalam bentrokan selanjutnya dan pengepungan itu baru berhasil dibubarkan setelah militer turun tangan.

Yingluck tidak lain adalah adik mantan perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, yang tahun 2006 digulingkan lewat kudeta dan pergi ke eksil untuk menghindari hukuman akibat tuduhan korupsi. Adik perempuan yang oleh Thaksin disebut sebagai kloningnya itu, seperti yang sudah-sudah kembali menepis tuduhan bahwa kakaknya Thaksin yang menjalani pengasingan di Dubai, mengendalikan aktivitas partai Puea Thai dari sana dan akan mendikte kebijakannya.

“Saya dapat menjamin bahwa ini keputusan yang saya ambil sendiri dan bukan sebagai perpanjangan tangan kakak saya. Ia membantu saya dan saya perlu dukungannya. Tapi saya tetap sosok pribadi saya dan akan melakukan tugas saya untuk warga di Thailand.”

Pengamat yakin kunci keberhasilan Yingluck Shinawatra akan dilihat apakah tokoh politik baru itu dapat bertahan pada kekuasaannya di sebuah negara yang sudah terbiasa menyingkirkan pimpinannya. Thailand sudah mengalami 18 kali pergantian pemerintahan atau kudeta militer sejak negara gajah putih itu menjadi monarki konstitusional tahun 1932. Dan selama itu hanya satu perdana menteri yang dapat penuh menjalankan masa jabatannya selama empat tahun, yakni Thaksin Shinawatra.

Dyan Kostermans/DW/AFP

Editor: Hendra Pasuhuk