1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Zelaya Berniat Kembali ke Honduras

30 Juni 2009

Presiden Honduras terguling, Manuel Zelaya, menegaskan tekadnya untuk kembali ke negerinya, Kamis (02/07). Terlepas dari, katanya, apapun maunya kelompok-kelompok oligarki dan para pemilik media.

https://p.dw.com/p/IeLA
Presiden Honduras terguling Manuel ZelayaFoto: AP

Sebelum itu, Manuel zelaya akan terbang ke Washington terlebih dahulu, bahkan dikabarkan akan berbicara juga di Markas Besar PBB di New York.

Tak jelas, apakah di Amerika Serikat ia akan bertemu dengan Presiden Barack Obama. Namun Barack Obama bergabung dalam paduan suara masyarakat dunia untuk mengecam kudeta militer Honduras dan menegaskan dukungan terhadap presiden terguling.

Dikatakan Obama: "Presiden Zelaya merupakan pemimpin yang dipilih secara demokratis. Masa jabatannya belum selesai. Karenanya kudeta itu tidak sah. Dan kami tetap menganggap Presiden Zelaya sebagai Presiden Honduras."

Suara senada datang dari PBB dan para pemimpin negara-negara Uni Eropa, Asia, dan tentu saja negara-negara yang tergabung dalam ALBA, suatu pakta ekonomi negara-negara Amerika Latin berhaluan kiri radikal yang belakangan bangkit di bawah pimpinan Presiden Venezuela Hugo Chavez.

Dengan demikian, pemerintah sementara Honduras boleh dikata terkucil. Tak ada negara yang mengakui pergantian kekuasaan ini. Namun presiden sementara Honduras, Roberto Micheletti, menyatakan, pengambilan kekuasaan terpaksa diambil sebagai upaya menyelematan negerinya yang dibawa Zelaya ke haluan ekstrim kiri. Sesuatu yang disebutkan Micheletti sebagai paham Chavismo, kiri garis keras ala Hugo Chavez dari Venezuela.

Manuel Zelaya adalah seorang konglomerat industri kayu, yang terpilih dalam Pemilu 2005, sebagai calon dari Partai Liberal yang berhaluan konservatif. Namun di tengah masa jabatannya, ia jadi dekat dengan Hugo Chavez, dan haluan politiknya beralih ke kiri.

Presiden sementara, Roberto Micheletti, menyatakan bahwa penggulingan kekuasaan itu sah, karena Zelaya telah melanggar konstitusi dengan memaksakan referendum untuk memperpanjang masa jabatannya. Zelaya memang bermaksud menggelar referendum untuk mengubah konstitusi agar bisa memperpanjang masa jabatannya. Persis sebagaimana yang dilakukan Hugo Chavez di Venezuela.

Betapapun, kudeta militer merupakan mimpi buruk yang traumatik bagi Amerika Latin. Ratusan tahun negara-negara Latin dikuasai rezim militer yang berkuasa secara otoriter, menciptakan perang saudara yang memakan banyak korban jiwa. Baru sejak tahun 1980-an demokratisasi dan pemulihan politik sipil berlangsung di Amerika Latin.

Di Honduras, pemerintahan sipil pertama yang terpilih melalui Pemilu baru terbentuk tahun 1981. Karenanya penggulingan Zelaya dipandang sebagai isyarat berbahaya bagi kembalinya praktik politik non-demokratis. Ini pula yang dicemaskan Presiden Barack Obama. Kendati Amerika Serikat bukanlah sekutu Honduras, dan Honduras di bawah Zelaya justru dekat dengan Hugo Chavez yang menganggap Amerika sebagai musuh. Dikatakan Obama: "Ini akan merupakan suatu preseden yang sangat buruk, jika kita kembali lagi mengambil langkah mundur ke masa lalu, ke suatu era ketika kudeta militer merupakan cara biasa diambil untuk melakukan peralihan kekuasaan politik.“

Betapapun, pemimpin sementara Honduras berdalih, yang terjadi di negerinya bukan merupakan kudeta militer, melainkan proses peralihan politik yang sah. Penggulingan itu dilakukan, katanya, karena Zelaya melanggar konstitusi. Karenanya, katanya, jika Zelaya kembali menginjakkan kakinya di negeri itu sebagaimana diniatkan, ia akan ditangkap.