1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

10 Tahun Perluasan Uni Eropa

Dana Alexandra Scherle1 Mei 2014

10 tahun lalu, 10 negara di Eropa Timur bergabung dengan Uni Eropa. Sehubungan dengan krisis di Ukraina, mereka sekarang merasa lebih aman dan gembira sudah masuk Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/1BrZs
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb

Bagi banyak warga muda di Eropa Timur, masa petualangan dimulai sepuluh tahun lalu, tepatnya 1 Mei 2004. Ketika itu, 10 negara bergabung dengan Uni Eropa, yaitu Lithuania, Estonia, Latvia, Polandia, Ceko, Hongaria, Slovakia, Slovenia, Malta dan Siprus.

"Tepat tengah malam, memasuki 1 Mei, orang-orang menyalakan lilin, senter, geretan rokok dan membentuk rantai manusia. Situasinya betul-betul mengesankan. Ini adalah peristiwa besar," tutur Laura Tatarelyte, warga Lithuania yang ketika itu berusia 17 tahun.

Dia berasal dari Vilnius, ibukota Lithuania. Saat ini, dia melakukan program magang di parlemen Jerman, Bundestag, di Berlin. Tahun 2003, dia masih bersekolah di Vilnius. Waktu itu digelar referendum untuk keanggotaan di Uni Eropa. "90 persen lebih setuju masuk Uni Eropa," katanya.

Bergerak bebas di Eropa

Referendum ketika itu digelar di semua negara yang ingin masuk Uni Eropa, kecuali di Siprus. Vlastimil Brom dari Republik Ceko waktu itu sedang mengikuti program beasiswa di Jerman. Tapi untuk mengikuti referendum, dia kembali ke Ceko dengan kereta api.

"Saya ketika itu yakin, ini adalah jalan terbaik bagi negara kami. Dan nyatanya memang begitu," kata Brom. Dia sekarang bekerja sebagai dosen bahasa Jerman di sebuah universitas Ceko. "Saya ingin agar Ceko secara resmi bergabung dengan kawasan budaya Eropa."

Sejak Ceko menjadi anggota Uni Eropa, Vlastimil Brom merasa "banyak sekali kemudahan untuk bekerja." Dia tidak perlu lagi berdiri menunggu selama berjam-jam di Kedutaan Jerman di Praha untuk mendapat visa ke Jerman. Dia bebas belajar dan mengajar di seluruh kawasan Uni Eropa.

Dua tahun lalu, Brom menyelesaikan program pasca sarjana di sebuah universitas Jerman. Setelah itu, dia bisa langsung bekerja "tanpa harus mengurus macam-macam formalitas." Dia lalu melakukan penelitian selama satu tahun dan mengajak keluarganya datang ke Jerman.

Merasa lebih aman

"Sekarang, anak-anak muda begitu mudahnya bergerak di Eropa, karena perbatasan sudah terbuka," kata Brom yang kini berusia 37 tahun.

"Tahun 2004, gerbang Eropa mulai terbuka. Dulu, orang tua kami hanya bisa bermimpi mendapat peluang seperti itu," kata Laura Taterelyte dari Lithuania, yang berhasil menyelesaikan kuliah hukum di Jerman.

Veronika Mika dari Polandia juga senang negaranya bergabung dengan Uni Eropa. Walaupun belakangan ada kekhawatiran karena krisis ekonomi melanda sebagian negara Eropa. "Saya tetap percaya pada Uni Eropa. Karena negara anggotanya bisa bekerjasama dalam suasana aman dan tanpa peperangan." Krisis selalu ada di mana saja, tapi sebagai persemakmuran, Uni Eropa lebih kuat, tambahnya.

Laura Taterelyte membenarkan. Sehubungan dengan krisis di Ukraina, penduduk di Lithuania, Estonia dan Latvia, yang dulu bekas kawasan Uni Soviet, merasa beruntung bisa masuk Uni Eropa. "Sebagai anggota Uni Eropa, kami merasa lebih aman," katanya.