1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

20 Tahun Karir Sutradara Uwe Boll

8 November 2010

Boll dikenal sebagaii sutradara film adaptasi permainan video. Setelah berkiprah 20 tahun, orang mulai melihat sisi lain dari Uwe Boll, yang sebelumnya dianggap sebagai sutradara film murahan.

https://p.dw.com/p/Pwah
Uwe BollFoto: picture-alliance/dpa

Selalu ada kesempatan, itulah semboyan hidup Max Schmeling. Semboyan yang mendasari sutradara Uwe Boll untuk menuangkan kisah hidup Schmelling ke layar film. Max Schmeling adalah petinju kelas berat asal Jerman. Namanya terkenal di dunia pada tahun 30-an. Pada umur 43 ia menggantung sarung tinju. Ia meninggal tahun 2005, di usia 99 tahun.

Awal Karir

Boll lahir tanggal 22 Juni 1965 di Wermelskirchen, negara bagian Nordrhein Westfalen. Sejak remaja ia sudah menyutradarai film 8 mm dan film-film video. Ia menamatkan kuliah penyutradaraan di sekolah tinggi film München dan Wina, Austria. Kemudian ia melanjutkan kuliah sastra dan ilmu perekonomian di Köln dan Siegen. Tahun 1994 ia mendapat gelar doktor untuk Ilmu Sastra.

05.10.2010 DW-TV KINO Max Schmeling
Poster film Max Schmeling, diperankan oleh petinju Jerman Henry Maske

Awal tahun 90-an Boll mulai menyutradai film cerita, kebanyakan film horor serta film-film berkualitas rendah. Ia juga memproduksi film-film iklan. Sejak tahun 2003 Boll dikenal sebagai sutradara film adaptasi permainan video, misalnya “House of the dead“. Dengan film zombie itu Uwe Boll berhasil membuat terobosan.

“Secara finansial, film itu yang paling berhasil dari semua film saya. Film berkualitas rendah yang mendapat kritik tajam biasanya menghasilkan banyak uang. Jujur saja, alasan saya memutuskan untuk membuat film-film adaptasi dari permainan video lainnya seperti “Postal“, adalah karena ada penontonnya. Ada orang yang menggemari jenis film ini, mudah menjualnya dan tidak butuh banyak biaya. Itu alasan saya membuat film adaptasi dari permainan video. Bukan karena saya sendiri main videogames, sampai 10 jam setiap hari. Kalau menurut saya sih, permainan video hanya bikin bodoh,“ ungkap Uwe Boll.

Berubah Haluan

Dalam salah satu adegan film “Postal“ Boll menghadapkan kelompok Taliban dengan kelompok kulit putih tak berpendidikan. Pertempuran terjadi di sebuah taman hiburan dan Boll yang memerankan kepala taman hiburan, ikut ditembak.

Film karyanya ini mengundang banyak kritik. Uwe Boll antara lain disebut sebagai pengganti Ed Wood, sutradara terburuk sepanjang masa. Tetapi, Boll berhasil pindah ke genre film laga, saat menyutradarai “Far Cry“ yang ikut dibintangi aktor kenamaan Jerman Til Schweiger dan Udo Kier.

Dan tiba-tiba saja Boll menunjukkan bahwa ia punya sisi lain. Tahun 2009 ia menyutradarai film "Darfur", tentang genosida di Sudan. Film yang disponsori organisasi hak asasi Amnesty International itu terpilih sebagai film terbaik pada Festival Film di New York. Para pengkritik di Jerman juga menilai sangat positif.

Yang juga penting bagi Boll adalah proyek yang berikutnya. Film bertajuk "Auschwitz” yang tengah ia garap, merupakan campuran antara film cerita dan film dokumenter, menggambarkan keseharian di kamp konsentrasi Nazi di Polandia. Meski begitu, film terbarunya “Max Schmeling” merupakan pembaharuan sekaligus kembalinya Boll. Karena untuk pertama kalinya setelah 15 tahun, ia kembali menyutradarai film berbahasa Jerman, dan untuk pertama kalinya ia memfilmkan biografi. Pengalaman masa mudanya sebagai petinju amatir, mempermudah Boll dalam menyutradarai film tentang kisah hidup seorang petinju. Tetapi juga karena Max Schmeling adalah karakter yang gampang membuat orang bersimpati, sosok yang selalu berjuang bagi kebebasannya.

Pembuatan film Max Schmeling mendapat dukungan dari dua miliarder asal Hamburg yang tidak ingin diketahui namanya. Produksi fiilm ini juga dikaitkan dengan pendirian patung Schmeling yang diresmikan pada bulan Mei 2010 di Hollenstedt. Di kota kecil dekat Hamburg itu, Schmelling menghabiskan lebih dari separuh hidupnya, hingga menutup mata lima tahun lalu, di usia 99 tahun.

Schmeling schlaegt Louis
Penampilan Max Schmeling yang paling terkenal, ketika berhasil menumbangkan Joe Louis di ronde 12, New York, 19 Juni 1936Foto: AP

”Saya kira, ia memang sosok yang dimanfaatkan Nazi sebagai alat propaganda “pejuang olahraga”. Tapi Schmelling tidak pernah tampil bermanis-manis dihadapan Nazi. Ia juga tidak pernah mengabaikan manajer pribadinya, Joe Jacob, yang orang Yahudi. Dan ia tidak pernah jadi anggota partai pekerja nasionalis sosialis Jerman, meskipun sering dipaksa. Itulah sesungguhnya kekuatan Max Schmeling,” begitu papar Boll mengenai Schmeling.

Dan Max Schmelling membuktikan kekuatan semboyan hidupnya, bahwa selalu ada kesempatan. Misalnya ketika ia berhasil memenangkan pertandingan yang dianggap laga Schmeling paling terkenal, dengan merobohkan Joe Louis di ronde ke 12.

Bern Sobolla/Ambar Braselmann

Editor: Renata Permadi