1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

2010 Tahun Berat bagi Pakistan

30 Desember 2010

Terorisme, banjir dan ekonomi yang memburuk membayangi Pakistan selama tahun 2010 dan bencana tersebut nampaknya akan menghambat kemajuan negara itu pada tahun 2011. mendatang

https://p.dw.com/p/zrfi
Bom bunuh diri di Pakistan Oktober 2010Foto: AP

Tahun 2010 telah menjadi tahun yang amat buruk di berbagai bidang bagi warga Pakistan. Meningkatnya jumlah serangan bunuh diri, bencana banjir, krisis energi yang parah, inflasi keuangan yang sangat tinggi, salah urus perekonomian dan pengangguran telah menghancurkan kehidupan warga Pakistan.

Serangan teroris terus mewabah di Republik Islam Pakistan sepanjang tahun 2010. Tahun ini ditutup dengan sebuah serangan bunuh diri terburuk di wilayah Bajaur, dibawah otoritas Federally Administered Tribal Area, FATA, yang berbatasan dengan Afganistan. Seorang wanita dengan kostum Burqa, meledakkan dirinya pada pusat pembagian bantuan pangan dunia tepat pada hari natal, menewaskan 50 orang dan mengakibatkan 100 orang luka.

2010 merupakan tahun paling berdarah di Pakistan sejak peristiwa 11 September 2011. Hampir 1,300 orang tewas dan lebih dari 2,500 orang luka akibat 52 serangan bom bunuh diri sejak bulan Januari.

Dengan kecurigaan upaya baru dalam memerangi terorisme dan laporan mengenai kemungkinan serangan terhadap basis Amerika Serikat di Pakistan, sejumlah pengamat mengumumkan prediksi situasi Pakistan tahun 2011 yang nampaknya akan memburuk.

Meskipun demikian, M. Ziauddin, editor harian Pakistan berberbahasa Inggris, Express Tribune berpendapat sebaliknya, "Bisa jadi situasi seperti ini akan terus berlanjut. Sebagaian besar serangan-serangan tersebut banyak terjadi di wilayah dibawah otonomi Federally Administered Tribal Area, FATA. Serangan pada wilayah perkotaan mengalami penurunan dalam 2-3 bulan terakhir".

Pada Juli 2010, banjir yang melanda Pakistan datang secara tidak terduga, merendam seperlima wilayah negara itu dan dan setengah juta warga Pakistan kehilangan tempat tinggal. Ini merupakan pukulan terhadap ekonomi Pakistan yang mengandalkan komoditi hasil pertanian. Menurut perkiraan, Pakistan mengalami kerugian sebesar 4 milyar dollar Amerika atas kerusakan infrastruktur dan sekitar 500 juta dollar amerika dari kegagalan hasil panen.

Sejumlah pakar ekonomi setuju dengan pendapat bahwa banjir kali ini berdampak besar terhadap ekonomi Pakistan dan mengancam kemajuan negara itu dalam beberapa tahun kedepan. Dikhawatirkan, seperti efek domino, situasi tersebut dapat mengakibatkan peningkatan kegiatan terorisme. Tetapi M. Ziauddin memandang kekhawatiran itu terlalu berlebihan, "Ya, situasi ekonomi kami sangat buruk dan saya tidak melihat kemajuan dalam waktu dekat. Tetapi bila ada kekhawatiran terhadap kemungkinan serangan teroris dan akibat banjir, saya tidak melihat hubungan antara keduanya".

Setelah lebih dari 2 tahun berkuasa, pemerintah sipil masih juga belum mampu mengendalikan keadaan. Kasus korupsi yang dituduhkan pada Presiden Asif Ali Zardari dan sejumlah anggota kabinet masih menjadi topik hangat di media Pakistan sepanjang tahun. Hubungan yang meruncing antara pemerintah dan perangkat hukum terus berlanjut dan mempengaruhi situasi politik negara itu.

Editor harian Pakistan berbahasa Inggris, Express Tribune, Ziauddin, berpendapat bahwa masalah kedua insitutsi tersebut sebenarnya sudah mencapai keseimbangan, "Saya tidak melihat lagi adanya gesekan besar antara perangkat hukum dan pemerintah. Sejauh ancaman terhadap pemerintah diperhatikan, hampir semua partai politik yang ambil bagian dalam pemilu bisa dikatakan memiliki andil dalam susunan kabinet saat ini. Jadi, saya tidak meilhat tantangan bagi pemerintah hingga pemilu berikutnya"

Disamping itu, militer Pakistan melanjutkan perannya dalam politik negara itu, seperti yang diungkap dalam WikiLeaks baru baru ini. Dokumen diplomat Amerika Serikat menunjukkan panglimamiliter Pakistan Ashfaq Pervez Kayani memiliki andil dalam penggulingan Zardari dan menggantikannya dengan presiden yang lebih bersahabat dengan militer.

Shamil Shams /Miranti Hirschmann

Editr : Dyan Kostermans