1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

23 Tahun Setelah Penyatuan Jerman

Afri Budi2 Oktober 2013

23 Tahun setelah Jerman bersatu, pembangunan infrastruktur di Jerman Timur memang berjalan cepat, akan tetapi perasaan sebangsa ternyata belum sepenuhnya ada diantara warga Jerman.

https://p.dw.com/p/19sv9
Simbol Penyatuan Jerman- Jabat Tangan Warga Jerman Barat dan TimurFoto: imago/bonn-sequenz

Antara tahun 1961 sampai 1989, warga yang tinggal di Jerman bagian Timur hidup layaknya terkurung. Mereka terpenjara di zona bekas pendudukan Uni Soviet yang dibentuk setelah Perang Dunia ke II. Melarikan diri adalah hal yang mustahil. Mereka harus hidup dengan paham sosialis di Jerman Timur. Akan tetapi percobaan politik itu gagal di akhir 1980-an.

Saat perbatasan antara Jerman Barat dan Timur di buka tahun 1989, berduyun-duyun warga Jerman Timur pindah ke Jerman Barat. Disini, mereka menikmati kehidupan bebas. Tamasya dan berbelanja, sesuatu yang tak ada di Jerman Timur, sekarang bisa mereka lakukan. Tanggal 3 Oktober 1990, Jerman secara resmi bersatu. Sejak itu, 3 Oktober dirayakan sebagai Hari Penyatuan Jerman.

Prasangka warga Jerman Timur

“Mereka sombong, materialistis, birokratis, dan berpikiran dangkal“ kata Thomas Petersen merangkum hasil temuan sebuah lembaga survey publik, Allensbach mengenai pendapat warga Jerman Timur tentang Jerman Barat.

Survei lembaga itu tahun 2012 juga menunjukkan, warga Jerman Timur mempunyai lebih banyak prasangka buruk terhadap warga Jerman Barat, daripada sebaliknya. Lembaga penelitian Forsa menemukan bahwa warga Jerman Barat dan Timur masih belum melihat diri mereka sebagai satu bangsa.

Warga Jerman Timur merasa seperti “warga kelas dua” kata Andreas Zick, Sosiolog Universitas Biefeld. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa masyarakat Jerman Timur memandang kondisi hidup mereka sebagai sebuah diskriminasi. Hampir semua jalan dan rumah-rumah di Jerman Timur telah direnovasi, dan infrastruktur disana juga yang terbaru. Akan tetapi upah kerja di Jerman Timur saat ini berada 20 persen lebih rendah daripada Jerman Barat. Demikian juga dengan uang pensiun: Di Jerman Timur jumlah uang pensiun 10 persen lebih rendah dari pada Jerman Barat.

Dari sudut pandang para peneliti ekonomi hal itu disebakan antara lain oleh jenis perusahaan yang ada di Jerman Timur. Seringnya pemasok untuk perusahaan berada di Jerman Barat. Jarang sekali ada perusahaan pusat dengan pekerjaan yang dibayar tinggi. Subsidi miliaran Euro tak bisa merubah keadaan ini. “ Ada kekecewaan besar“ kata Andreas.

Prsangka warga Jerman Barat

Warga Jerman Barat juga masih punya prasangka buruk terhadap warga Jerman Timur. Menurut hasil survei berbagai lembaga penelitian publik yang dilakukan terhadap warga Jerman Barat, disebutkan bahwa warga Jerman Timur umumnya punya karakter “tidak puas, curiga, dan ketakutan”. Hanya 43 persen warga Jerman Barat yang menganggap “fleksibilitas“ dan “tanggung jawab“ merupakan karakteristik warga Jerman Timur.

Warga Jerman Barat ingin secepat mungkin menghapus pajak solidaritas, yakni pajak khusus yang digunakan untuk membiayai penyatuan dan pembangunan kembali Jerman Timur. Jika warga Jerman Barat merasa telah menjadi juru bayar untuk saudara-saudara mereka di Jerman Timur, sesungguhnya mereka telah lupa bahwa warga Jerman Timur juga membayar pajak ini. Kenyataan ini adalah bukti bahwa penyatuan Jerman belum sepenuhnya berhasil.

Perpektif masa depan

“Persahabatan yang terjalin antara warga Jerman Barat dan Jerman Timur sangatlah sedikit. Hubungan dan kontak yang ada sangat jauh dari yang diharapkan“ terang sosiolog Andreas Zick mengenai jurang kesenjangan antara warga Jerman Barat dan Timur. Thomas Petersen peneliti pendapat publik menjelaskan, hal itu tak boleh diartikan sebagai bukti saling ketidaktertarikan antara kedua belah pihak. “Jerman Barat empat kali lebih besar dari Jerman Timur“. Jarak punya peran yang sangat besar, mengapa orang jarang bertemu untuk saling mengenal. Pada akhirnya itu cuma masalah waktu.

Generasi ke dua dan ke tiga setelah penyatuan Jerman berpandangan lebih optimis dan melihat lebih banyak persamaan antara Barat dan Timur, kata Sosiolog Zick. Peneliti dari lembaga penelitian Allensbach, Thomas Petersen menyatakan: Jumlah mereka yang berpandangan bahwa terdapat lebih banyak pebedaan dibanding persamaan antara Jerman Timur dan Barat terus menurun beberapa tahun terakhir.

Sementara itu ada juga kelompok remaja Jerman yang tak pernah tahu tentang tembok Berlin dan pembagian Jerman. Berbeda dengan hasil survey sepuluh atau lima belas tahun yang lalu, pandangan dengan nada sindiran negativ sekarang sama sekali tak terlihat. Para peneliti lembaga publik tak bisa meramalkan apakah dan kapankah perbedaan yang ada di benak warga Jerman Timur dan Barat akan benar-benar hilang. Dalam satu hal mereka tetap sependapat, mayoritas warga Jerman merasa bahwa penyatuan Jerman dengan tatanan dasar demokrasi bebas adalah alasan untuk sebuah kebahagiaan.