1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

6 Negara Asia Pasifik Bertekad Tandingi Kemampuan Teroris

Zaki Amrullah5 Maret 2007

Menteri luar negeri dari enam negara, yang terkena dampak paling besar dari aksi terorisme di sub kawasan, yakni Indonesia, Australia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura, bertemu di Jakarta, dalam upaya untuk mangatasi terorisme.

https://p.dw.com/p/CP8L

Awal pekan ini, Konferensi Kontra Terorisme merumuskan sejumlah langkah baru, dalam memerangi aksi terorisme. Dalam pertemuan tersebut, para menteri luar negeri Indonesia, Australia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura, bertekad mengatur strategi untuk meningkatkan metode dan penyempurnaan mekanisme anti teror. Targetnya adalah menandingi kemampuan kelompok teroris yang terus berkembang. Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia Hassan Wirajuda, dalam pertemuan ini, mereka juga akan membahas penguatan kerjasama antar negara peserta konferensi, serta kemungkinan kerjasama baru untuk mencegah aksi terorisme, seperti kerjasama untuk merehabilitasi mantan pelaku teror.

Senada dengan Wirayudha, Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer mengungkapkan, upaya untuk meningkatkan kerjasama ini sangat diperlukan, karena saat ini, metode dan kemampuan para teroris semakin berkembang. Kelompok teroris, kata Downer, akan melanjutkan upaya mereka untuk menyebarkan ideologi berbahaya dan mencari cara untuk merekrut anggota-anggota baru. Karenanya, Downer berharap pertemuan ini dapat menghasilkan langkah nyata untuk melindungi kawasan ini dari aksi teror.

Konferensi ini merupakan pertemuan lanjutan, setelah pertemuan di Bali tahun 2004. Indonesia dan Australia selaku pemrakarsa berharap, negara-negara peserta berpartisipasi dengan mengambil langkah-langkah praktis untuk menindaklanjutinya. Namun peneliti, terorisme dari Internasional Crisis Group, Sidney Jones, masih melihat sejumlah ganjalan untuk merealisasikan kerjasama ini.

“Saya kira juga ada soal nasionalisme yang masuk. Misalnya kalau Malaysia yang menangkap seorang warga negara Indonesia di Sabah, mungkin Indonesia lebih senang agar orang itu dikirim kembali supaya bisa diadili. Tapi orang Malaysia justru agak khawatir kalau dikirim kembali ke Indonesia akan cepat lepas. Jadi ada ketegangan di sana juga atau misalnya Malaysia atau Thailand menuduh Malaysia menyembunyikan orang insurgent atau militan yang lari dari Thailand. Kadang Malaysia juga menuduh Thailand menyiksa orang yang dikirim kembali sehingga mereka mengekstradisi orang lagi, karena takut akan hilang atau dibunuh. Jadi dengan inilah ada kesulitan antar negara”