1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abbas dan Olmert Ingin Saling Bertemu

21 Desember 2006

PM Israel tanggapi positif keinginan Presiden Palestina untuk bertemu dengannya.

https://p.dw.com/p/CIwe
Militan Hamas di Gaza City
Militan Hamas di Gaza CityFoto: AP

Gencatan senjata tidak sepenuhnya menguasai situasi di Jalur Gaza, namun demikian aksi kekerasan antara Hamas dan Fatah berkurang secara nyata.

Seperti disepakati Presiden Palestina Abbas dan PM Haniya hari Kamis (20/12), sebagian besar kekuatan bersenjata Hamas dan Fatah menarik diri dari tempat-tempat umum, barikade-barikade yang menutup jalan disingkirkan, dan sebagian toko mulai kembali dibuka. Namun sekolah-sekolah di Jalur Gaza masih ditutup, karena kuatir pertempuran meletus lagi dengan tiba-tiba.

Saat berlangsungnya pemakan dua polisi Fatah, yang tewas ditembak militan Hamas malam sebelumnya, terjadi aksi balas dendam secara spontan.

Di Gaza City, sejumlah pendukung Fatah dengan serampangan memecahkan kaca jendela toko-toko yang pemiliknya dianggap loyal terhadap Hamas. Sejumlah mobil dirusak dan dibakar. Tak lama kemudian, terjadi tembak-menembak di pusat kota.

Insiden serupa itu hanya terjadi sesekali, dan situasi di Jalur Gaza terhitung tenang, dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.

Sementara itu, Rabu (20/12) terjadi beberapa peristiwa yang lain dari biasanya. Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan, ia ingin segera bertemu PM Israel Ehud Olmert.

Seperti dilaporkan media Israel, Abbas sebelumnya memperoleh kepastian dari Olmert bahwa Israel akan menyalurkan sebagian dari pemasukan pajak bea dan cukai Palestina, yang totalnya berjumlah lebih 550 juta dolar Amerika. Dana itu tidak dibayarkan oleh Israel sejak Hamas memerintah Palestina.

Olmert menanggapi pertemuan yang direncanakan itu dengan kata-kata yang cukup berani.

Ehud Olmert: "Selama ini saya mengatakan, bahwa saya akan merasa gembira melakukan pertemuan itu, secepatnya. Saya kini mendengar bahwa Mahmoud Abbas ingin bertemu saya. Jika itu mungkin untuk membuat dirinya gembira, dan jika itu mungkin untuk membuat saya gembira, maka saya hampir tidak melihat alasan untuk tidak melakukannya, dan saya harap pertemuan itu bisa segera diselenggarakan."

Pemerintahan Hamas mengamati rencana pertemuan antara Abbas dan Olmert dengan kecurigaan besar. Presiden Palestina tidak boleh pulang dari pertemuan itu dengan tangan kosong, begitu diperingatkan jurubicara pemerintah Palestina Hamed.

Hamed: "Kami ingin mengakui bahwa Israel berusaha dengan serius untuk menghentikan operasi militernya. Kami ingin menyaksikan berakhirnya pendudukan Israel. Tapi jika Israel terus bicara tentang sebuah negara Palestina tanpa batas-batas wilayah yang tetap, jika Israel terus menolak mengembalikan hak para pengungsi, menolak Yarusalem sebagai ibukota Palestina, maka pertemuan antara Abbas dan Olmert sama sekali tidak punya peluang sukses. "

Sementara itu Presiden Abbas mengumumkan akan mengeluarkan dekrit pekan depan untuk menerangkan landasan hukum bagi penyelenggaraan pemilu yang dipercepat.

Sampai sekarang, pemerintah Hamas menolak rencana Abbas untuk mempercepat pemilu.