1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abdullah Undurkan Diri dari Pemilu Afghanistan

1 November 2009

Kandidat Presiden Afghanistan Abdullah Abdullah menolak ikut serta dalam pemilu putaran kedua yang dijwadwalkan minggu depan. Menurutnya, pemilu yang transparan tidak mungkin dilakukan dalam waktu secepat itu

https://p.dw.com/p/KK0r
Calon Presiden Afghanistan, Abdullah AbdullahFoto: AP

Kandidat Presiden Afghanistan, Abdullah Abdullah mengundurkan diri dari pemilihan umum putaran penentuan pada 7 November mendatang. Demikian dilaporkan harian New York Times pada Sabtu (31/10) dengan mengutip seorang pejabat tinggi dan salah seorang kepercayaan Abdullah.

Seorang sumber di New York mengatakan, dalih Abdullah untuk mendundurkan diri dari pemilu adalah gagalnya pembicaraan kedua kandidat, di mana Abdullah mendesak berbagai syarat agar pemilu berjalan adil. Menurut laporan NYT lagi, Karsai dan Abdullah beberapa hari lalu terlibat dalam pembahasan intensif yang berakhir tanpa hasil jumat kemarin (30/10).

Sang penantang sebelumnya menuntut pengunduran jadwal pemilu hingga awal tahun depan. Ia mengatakan, tidak mungkin diadakan pemilu yang transparan dalam waktu sedekat ini. Namun Abdullah menekankan, ia tidak akan menyerukan kepada pendukungnya untuk memboikot pemilu jika pemilihan presiden ini tetap dijalankan sesuai jadwal, yaitu pada 7 November mendatang. Keputusan untuk memilih ditinggalkan kepada pendukungnya masing-masing.

Juru bicara dari tim sukses Karzai, Wahid Omar, menyebut keputusan Abdullah sebagai keputusan yang menyedihkan. Tetapi pemilu putaran kedua harus tetap jalan tanpa Abdullah karena rakyat Afghanistan harus mendapatkan hak mereka untuk memilih, lanjutnya. Keputusan apakah pemilu Afghanistan dapat terus jalan tanpa penantang bagi Karzai ada di tangan Komisi Pemilihan.

Abdullah belum berkampanye

Pengundur-dirian Abdullah juga menunjukkan bahwa ia hingga kini belum aktif menjalani kampanye pemilu, ujar seorang diplomat barat kepada kantor berita Reuters. „Semua memantau kedua kubu dan berharap, mereka bersedia mencapai kompromi yang dapat menghindari putaran kedua.“

Belakangan spekulasi mengenai pembagian kekuasaan di antara kedua kandidat terus bermunculan. Kedutaan Amerika Serikat di Kabul mengumumkan, Karsai dan Abduulah harus memutuskan sendiri apakah keduanya akan dapat menemukan solusi yang sesuai konstitusi dan dapat diterima oleh warga Afghanistan.

Pekan lalu Abdullah menuntut Karsai agar memecat Ketua KPU hingga hari minggu untuk menghindari terjadinya manipulasi penghitungan surat suara. Namun Karsai menolak desakan tersebut. Pada putaran perama, PBB melaporkan berbagai kecurangan yang menguntungkan kubu Karsai.

Clinton bereaksi santai

Menurut para diplomat dan pemantau pemilu, konstitusi Afghanistan mengizinkan Karsai untuk tampil sebagai satu-satunya kandidat dalam pemilu. Namun hal tersebut akan memperlemah legitimasi pemerintahannya. „Kalau Abdullah memboikot putaran kedua, maka keikutsertaan warga juga akan menurun. Dan jika Karsai menang dalam pemilu semaca itu, ia akan memerintah dengan legitimasi yang lemah,“ ujar Harun Mir, Direktur Pusat Penelitian dan Studi Politik di Kabul, Afghanistan.

Menlu AS, Hillary Clinton bereaksi santai atas ancaman boikot Abdullah. Ia tidak percaya, keputusan semacam itu dapat merusak „legitimitas pemilu,“ begitu tandasnya saat berkunjung di Abu Dhabi, sabtu (31/10). „Itu merupakan keputusan pribadi yang dapat diambil atau juga tidak,“ tambahnya. Boikot terhadap pemilu bukan hal yang tidak lazim, melainkan telah terjadi di banyak negara.

Situasi di Afghanistan pasca pemilu putaran pertama yang diwarnai oleh manipulasi, semakin menegang. Pemilu kepresidenan yang berjalan lancar dan adil diyakini akan memepengaruhi upaya barat untuk menstabilisasi negara tersbeut. Kelompok radikal Taliban sebelumnya juga telah menyerukan pemboikotan pemilu dan mengancam akan menggunakan tindak kekerasan.

AR/RN/CS//rtr/afp/ap