1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abrasi Pantai Utara Jawa

Kerusakan lingkungan yang dialami pesisir utara pulau Jawa, makin lama makin parah. Yang jadi musabab terutama adalah abrasi, pengikisan daratan oleh laut.

https://p.dw.com/p/Q2dh
Pohon bakau, yang dapat menahan laju abrasi pantai, sudah hampir musnah di sepanjang Pantai Utara JawaFoto: dw-tv

Terhampar pasir putih meski tak begitu bersih, hempasan ombak dan angin juga bertiup tidak begitu kencang, di depan sana adalah keluasan Laut Jawa. Tapi siapa nyana, sekitar 4 kilometer dari bibir pantai ini hingga ke laut lepas, dulunya adalah pemukiman. Kampung Bulak namanya.

Pak Sumadi, warga kampung Bulak yang terpaksa harus terusir oleh abrasi pantai utara pulau Jawa, menunjukkan puing sebuah mesjid yang merupakan satu-satunya jejak Kampung Bulak yang masih bisa dilihat. Lain dari itu, seluruh kampung Bulak Kabupaten Jepara sudah musnah. Lenyap ditelan abrasi atau pengikisan daratan oleh Laut Jawa. Sumadi bahkan sudah tak bisa lagi mengira-ngira lokasi bekas rumahnya dulu.

Pindah Menjauhi Pantai

Kampung Bulak merupakan satu dari dua daerah pertama yang habis ditelan abrasi Pantai Utara Jawa. Satunya lagi adalah kampung Tanggul Tlare, yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Bulak. Di sini sudah tidak ada sama sekali yang tersisa di daratan. Satu-satunya yang masih menunjukan jejak adalah tiga pilar jembatan desa, yang masih menyembul di permukaan laut, sekitar 400 meter dari bibir pantai. Bulak dan Tanggul Tlare lenyap sepenuhnya seperempat abad yang lalu. Tapi perluasan laut itu bermula bertahun-tahun sebelumnya, sedikit demi sedikit.

Saadah, seorang perempuan tua warga Tanggul Tlare yang mengalami peristiwa itu sejak awal sekali, menuturkan, dari tahun ke tahun, keluarganya bersama warga lain, memindahkan rumah menjauhi pantai. Sampai tiga kali. Akhirnya, pada tahun 1983, Desa Tanggul Tlare dan Bulak ditinggalkan sepenuhnya. Wargapun mendirikan kampung baru, sekitar 5 kilometer dari lokasi semula. Bulak dan Tanggul Tlare yang asli, sekarang sudah terbenam air, jauh di tengah lautan sana.

Warga Bulak dan Tanggul Tlare tidak sendirian. Puluhan tempat lain di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa terancam lenyap oleh abrasi pantai. Seperti Sayung, sebuah kecamatan di Kabupaten Demak. Kecamatan Sayung memang belum sepenuhnya lenyap. Namun salah satu desanya yakni Desa Sriwulan yang terdiri dari 7 dusun, sudah ditinggalkan oleh hampir seluruh penduduknya. Begitu pula dengan dusun Senik.

Akibat Tingginya Pembangunan Fisik

Tak mudah lagi memang memasuki dusun Senik yang terletak di Kecamatan Sayung, Demak. Jalanan sudah hancur dan penuh dengan lumpur, meski ada juga motor yang lewat dan nekat menembus lumpur dengan sesekali harus didorong. Kiri kanan di jalan ini adalah tambak ikan bandeng yang tepiannya baru-baru ini ditanami pohon bakau untuk mengurangi dampak abrasi. Di dusun Senik hanya tinggal 13 rumah yang masih dihuni warga. Sementara 1250 keluarga lain sudah pindah ke lokasi baru, sekitar 5 kilometer ke arah dalam. Tanahnya disediakan pemerintah seluas 60 meter persegi untuk tiap keluarga.

Menurut catatan sementara, di wilayah Sayung, abrasi telah melanda lahan seluas 8.670 hektar. Penelitian Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, FPIK Undip, menyimpulkan, kehancuran kawasan Sayung, diakibatkan oleh pembangunan fisik di Semarang, ungkap Dekan FPIK Undip Johanes Hutabarat. Pakar kelautan ini juga menjelaskan, secara umum abrasi di Pantai Utara disebabkan turunnya permukaan daratan dan naiknya ketinggian permukaan laut. Turun atau amblesnya daratan di sebagian kawasan Pantura, berkaitan dengan tingginya pembangunan fisik yang dibarengi kegiatan penyedotan air tanah. Daratan pun ambles dengan laju rata-rata 20 sentimeter per tahun. Sedangkan naiknya permukaan air laut, sekitar seperempat sentimeter per tahun, lebih terkait dengan pemanasan global.

Noni Arni/Ging Ginanjar

Editor: Yuniman Farid