1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

210910 Kohle Strom China Umwelt Energie

2 November 2010

Cina merupakan negara konsumen batu bara terbesar di dunia. Di Cina Utara, abu batu bara semakin merusak daerah yang pada dasarnya sudah kurang subur.

https://p.dw.com/p/PwN8
Seorang pekerja pabrik batu bara di Cina diselimuti abu tebal batu baraFoto: picture-alliance/ dpa

Angin bertiup di areal yang tampak kelabu. Angin puyuh menyebabkan abu semakin tersebar ke berbagai penjuru, kemudian melekat seperti selubung putih di atas rumah, lahan pertanian, binatang dan tanaman yang tumbuh di Chifeng, sebuah desa di Monggolia, Cina Utara.

“Jika angin bertiup orang tidak dapat berada di luar rumah lagi. Orang hampir tidak dapat membuka mata. semuanya kotor, seluruh tubuh penuh dengan debu,” demikian dikatakan Han Shuhong, petani yang memiliki kebun buah-buahan.

Sampah Industri Nomor Satu

Debu itu berasal dari tumpukan abu batu bara yang berada di sebelah desa Chifeng. Karena Cina menutupi kebutuhannya akan energi terutama dengan listrik dari batu bara, abu buangan instalasi yang jumlahnya banyak di negara itu menjadi sampah industri nomor satu. Dalam delapan tahun belakangan, hampir setiap pekan sebuah pembangkit listrik tenaga batu bara didirikan, disebutkan dalam sebuah penelitian yang diadakan Greenpeace.

Sekarang Cina menghasilkan 370 juta ton abu batu bara setiap tahunnya. Demikian dikatakan Yang Ailun dari Greenpeace Cina. “Itu lebih dari jumlah sampah rumah tangga yang dihasilkan daerah perkotaan Cina setiap tahunnya. Itu cukup untuk memenuhi sebuah kolam renang setiap dua setengah menit, atau memenuhi stadion renang olimpiade setiap hari.“

Di Cina Utara, abu batu bara semakin merusak daerah yang pada dasarnya sudah kurang subur. Abu juga mencemari persediaan air yang sangat minim. Abu tersebut beracun, mengandung unsur metal seperti timah hitam, kadmium dan arsenikum. Ini menyerap ke dalam tanah dan air minum sehingga mencapai rantai makanan.

Greenpeace mengadakan penelitian atas 14 pembangkit listrik tenaga batu bara. Hampir di semua instalasi tersebut, abu tidak ditampung atau dibuang sesuai penanganan yang tepat. Abu kerap ditumpuk di dekat daerah perumahan, bahkan kurang dari batas minimal 500 meter, yang sudah ditetapkan.

Manipulasi Jumlah Daur Ulang

Sebenarnya itu tidak perlu terjadi. Teorinya, 60% abu tersebut dapat digunakan kembali, misalnya untuk produksi batu bata atau melapis jalanan. Tetapi Greenpeace mencatat, di Cina daur ulang jarang dilakukan. Yang Ailun dari Greenpeace mengatakan, “Jumlah daur ulang dimanipulasi. Menurut keterangan pemerintah, hingga akhir tahun ini dilakukan 60% daur ulang. Tetapi kami memperkirakan, separuh jumlah itupun tidak tercapai.“

Sejumlah pakar mengatakan, jumlah daur ulang jauh lebih tinggi. Tetapi seperti juga pada hal-hal lain, di Cina statistik kerap tidak tepat, terutama menyangkut pelaksanaan undang-undang dan ketentuan. Pemerintah daerah memang dapat menjatuhkan hukuman denda, tetapi itu tidak menyebabkan abu sisa produksi ditempatkan atau dibuang sesuai ketentuan.

Di Chifeng petani Huan Yulan membuang bangkai sapi yang baru lahir. Banyak orang di desa itu bertanya-tanya, apakah desa itu masih punya masa depan. Huan Yulan mengeluh, “Jika kami mengambil air, abu mengapung di bagian atasnya. Jika air dimasak, lapisan abu tertinggal di bagian bawahnya. Sapi-sapi kami juga meminum air itu dan sapi yang dilahirkan sering mati, karena air dan rumput yang dimakan.”

Pelindung lingkungan menuntut agar pemerintah melaksanakan dan memperketat ketetapan tentang penanganan abu beracun.

Ruth Kirchner/Marjory Linardy

Editor: Yuniman Farid